Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Liga Lainnya

Zahra Muzdalifah, Si Tomboi yang Jadi Kapten Timnas Sepak Bola Putri Indonesia

Zahra Muzdalifah sukses memimpin timnas sepak bola putri Indonesia lolos ke putaran final Piala Asia 2022 untuk pertama kali sejak 30 tahun.

6 Oktober 2021 | 15.17 WIB

Pemain Timnas Sepak Bola Putri Indonesia, Zahra Muzdalifah. (Instagram/@Zahra.Muzdalifah12)
Perbesar
Pemain Timnas Sepak Bola Putri Indonesia, Zahra Muzdalifah. (Instagram/@Zahra.Muzdalifah12)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Timnas sepak bola putri Indonesia berhasil lolos ke putaran final Piala Asia 2022 yang akan berlangsung di India pada 20 Januari-6 Februari tahun depan. Di balik prestasi cemerlang itu, ada sosok Zahra Muzdalifah, sang kapten tim.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Zahra memimpin rekan-rekannya mengalahkan Singapura dengan skor 1-0 dalam 90 menit pertandingan. Kemenangan itu mengantarkan Garuda Pertiwi ke putaran final Piala Asia untuk pertama kalinya setelah 33 tahun. Mundurnya Korea Utara dan Irak pun memuluskan langkah mereka untuk lolos.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perempuan kelahiran Jakarta, 4 April 2001, ini mengakui dirinya tumbuh sebagai anak yang tomboi dan tidak bisa diam ketika masih kanak-kanak. Itu membuat orang tuanya risih karena dia terus berlarian di rumah. Saat itu, Zahra dan keluarganya tinggal di Kabupaten Tengerang, Banten.

"Akhirnya diajak ke lapangan buat lari-lari pas papa main futsal. Aku liat kok main bola asyik banget. Terus mulai dari situ, aku liat bola aku mulai tendang sendiri. Jadi seolah melihat, mempraktikan gitu," ucap Zahra menuturkan awal mulanya suka dengan sepak bola, saat dihubungi Tempo, Selasa, 5 Oktober 2021.

Zahra Muzdalifah. (instagram/@zahra.muzdalifah12)

Bakat mengolah bolanya semakin terlihat ketika dia mulai rutin bermain sepak bola dengan anak-anak laki di sekitar rumahnya, meski hanya sekedar iseng bermain di lapangan semen dan gawang dibuat dari tumpukan sendal.

Orang tuanya kemudian mendaftarkan Zahra ke sekolah sepak bola agar bisa lebih serius mengasah bakatnya, setelah melihat kegemarannya itu. Sebagai syarat, dia diminta serius berlatih karena biaya yang dikeluarkan tidak murah.

"Aku bilang aja mau banget, karena memang passion aku, kalau nggak main bola hampa banget hidup aku," kata penyerang sayap timnas sepak bola putri itu.

Saat itu usia Zahra baru sekitar 10 tahun. Dia lantas bergabung dengan Sekolah Sepak Bola (SSB) di Madania khusus untuk perempuan. Namun, karena tidak berkembang, dia dipindahkan ke SSB Patriot Merah Putih yang semua muridnya laki-laki.

Zahra Muzdalifah. (instagram/@Zahra.Muzdalifah12)

Selanjutnya, Zahra pindah lagi ke ASIOP Apacinti dan bisa berkembang dengan baik. Dia selalu terpilih dalam tim inti di setiap turnamen yang diikuti. Ketika usianya 12 tahun, terpilih masuk tim sepak bola untuk berkompetisi di Norwegia.

Gadis berusia 20 tahun ini juga penah bermain untuk tim Ngapak FC dan Jakarta 69 sebelum bergabung dengan tim putri Persija Jakarta. Di tim sepak bola Macan Kemayoran, dia menjadi kapten tim.

Penampilannya yang apik bersama Persija Putri, membuat Zahra Muzdalifah mendaptkan panggilan masuk ke timnas sepak bola putri Indonesia di Asian Games 2018. Sejak saat itu, dia dipercaya mengenakan ban kapten.

IRSYAN HASYIM

Irsyan Hasyim

Menulis isu olahraga, lingkungan, perkotaan, dan hukum. Kini pengurus di Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta, organisasi jurnalis Indonesia yang fokus memperjuangkan kebebasan pers.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus