TERMASUK salah seorang di antara 19 penyair wanita dalam
bunga-rampai puisi Seserpih Pinang Sepucuk Sirih, (terbitan
Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia pimpinan Ny. Nelly Adam
Malik), Ny. Sri Kusdyantinah, 48 tahun, mengaku menulis puisi
"hobi saya sejak umur tujuh belas."
Tunangan bekas Menlu RI Soebandrio itu banyak juga
menerjemahkan, antara lain sajak Khalil Gibran. Sebuah kumpulan
puisi penyair Libanon itu, Sang Nabi, bahkan sudah akan
diterbitkan PT Pustaka Jaya. "Kandungan puisi-puisi itu sesuai
dengan jiwa saya," komentarnya.
Sampai sekarang masih mengasuh rubrik "Rujak Uleg" di majalah
Mawas Diri dan "Dialog Santai" di majalah Wiraswasta. Juga masih
sempat kuliah di Sekolah Tinggi Penterjemah Universitas Nasional
(sebelum mengambil jurusan filsafat).
Sebulan dua kali dia boleh bertemu dengan Soebandrio di rumah
tahanan. Dan menurut Ny. Sri, pertemuan itu banyak memberikan
ilham bagi sajak-sajaknya, "Itu sudah lebih dari cukup,"
katanya. Dan keduanya agaknya sudah tak mempersoalkan lagi akan
diizinkan menikah atau tidak, sebab: "Yang penting bagi kami
adalah komunikasi batin. Komunikasi lahir hanya sebagai
penunjang saja."
Ibu dari empat anak dan janda dari Kol. Bambang Sugeng ini,
memang sudah lama suka menulis. Antara lain cerita wayang,
dengan nama samaran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini