Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Kasus sutiah

Karnah, berurusan dengan pengadilan negeri ciamis, jawa barat, diminta mempertanggungjawabkan atas meninggalnya sutiah, setelah dioperasi gondoknya oleh karnah (iwan setiawan). (pt)

6 November 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BELUM lagi dua tahun Karnah--pemegang medali perunggu lempar lembing putri Asian Games 195 --berganti kelamin dan nama, cobaan-cobaan silih berganti merundungnya. Terakhir, pekan lalu, ia harus berurusan dengan Pengadilan Negeri Ciamis, Jawa Barat. Apa pasal? Awal Agustus Karnah, 42 tahun, yang kini punya nama panjang Iwan Setiawan Setiadiharja Wiria Saputra, melakukan operasi gondok atas Sutiah. Operasi itu gagal dan pasiennya meninggal dua jam kemudian. Iwan lalu dimintai pertanggunjawaban oleh polisi. Setelah diperiksa selama 11 hari, ia dikenakan tahanan rumah. Selama menjalani tahanan rumah Iwan, yang mengaku mendapat wangsit untuk menjalankan profesi "dukun" pertengahan 1971, tak lagi melakukan praktek pengobatan dengan operasi. Tapi tak menolak kalau ada orang memanggilnya untuk memijat. Di Kampung Singasari, Ciamis, Iwan memang dikenal sebagai tukang urut bertanggan dingin. Jika tak ada panggilan memijat, Iwan mencari kayu bakar untuk menyambung hidup bagi keluarganya. Ia, awal 1981, menikah dengan Pujiastuti--bekas anak angkatnya. Tapi penghasilan itu tetap tak memadai. "Untuk makan kadang-kadang saya terpaksa minta bantuan pada orangtua," katanya. Tentang tuduhan jaksa yang dialamatkan padanya sehubungan dengan meninggalnya Sutiah adalah Fasal 359 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP): penganiayaan berat yang mengakibatkan tewasnya seseorang. Ancamannya: lima tahun penjara. Pengadilan Negeri Ciamis belum memutuskan hukuman apa yang akan dijatuhkan pada bekas atlet nasional itu. Pembela Nana Perbawana SH dikabarkan optimistis kliennya bakal dibebaskan. Kapok? "Saya tak akan berhenti menolong orang selagi mereka membutuhkan. Waktu mengoperasi Sutiah barangkali saya lagi naas saja," katanya. "Tapi kalau ada modal saya ingin jadi pedaang. Mungkin kehidupan saya bisa lebih baik."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus