Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bisnisnya diawali oleh kegelisahan menyaksikan 13 muridnya yang kesulitan membeli harpa. Maka, sejak Juli lalu, Maya menyambangi sejumlah nega-ra produsen harpa sampai akhirnya ia tertambat di Cina. Di Negeri Tirai Bambu, dia memilih dan me-nawar sendiri alat musik para dewa itu. Sehingga, "Dijamin berkualitas baik dengan harga jauh lebih murah," ujarnya. Sementara di negara lain harga-nya di atas Rp 200 juta, "Harpa Cina saya jual ha-nya Rp 110 juta." Meski berbisnis, Maya meng-aku tidak mengharapkan untung besar. "Sekadar untuk pengadaan, pendidikan, dan idealisme berkesenian," ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo