Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Fildza Ghassani, Sampah Berbuah Putri Lingkungan

Dedikasi Fildza Ghassani Andias terhadap lingkungan membawanya terpilih menjadi juara pertama Putri Lingkungan Hidup 2022 tingkat SMP dalam kompetisi besutan Tunas Hijau dan Dinas Lingkungan Hidup Kota Surabaya. Ia mengolah sampah organik dengan membudidayakan maggot atau larva lalat black soldier fly.

23 Oktober 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Fildza Ghassani Andias melakukan pengolahan sampah organik dengan maggot. Dok Pribadi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Fildza Ghassani Andias gelisah melihat tumpukan sampah sayuran dan makanan di rumahnya. Limbah organik itu berasal dari usaha katering orang tuanya. Tak ingin lingkungan di sekitar tempat tinggalnya makin tercemar, dara berusia 14 tahun itu lantas memulai proyek pengelolaan sampah dengan maggot BSF (black soldier fly) atau larva dari jenis lalat besar berwarna hitam. “Maggot ini dalam pengolahannya menerapkan zero waste,” kata Fildza kepada Tempo, Senin, 17 Oktober lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Siswi SMP Negeri 6 Surabaya ini membuat kandang maggot di halaman belakang rumahnya. Ia mengumpulkan puluhan kilogram sampah sisa makanan untuk menjadi pakan belatung. Menurut Fildza, 1 kilogram maggot dapat mengolah sekitar 2 kilogram sampah organik dalam waktu 1-3 jam. Ia menuturkan maggot merupakan dekomposer paling cepat dalam pengolahan sampah. Bahkan residu dari sisa pengolahannya (kasgot) dapat dimanfaatkan menjadi pupuk serta pakan ternak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seiring dengan berjalannya waktu, jumlah maggot di rumahnya bertambah banyak sehingga membutuhkan pasokan makanan lebih. Fildza pun tak bisa hanya mengandalkan sampah dari rumahnya. Gadis yang hobi nonton film ini lantas membuat program tabungan sampah untuk warga di sekitar rumahnya. Sekilo sampah organik dari tetangganya dihargai Rp 2.000. Dalam sehari, sampah rumah tangga itu bisa terkumpul 5 kilogram.

Adapun suplai terbesar makanan untuk maggot sebetulnya dari sampah-sampah hotel. Fildza telah bekerja sama dengan sebuah hotel untuk mengambil sampah sisa makanan. “Jadi, setiap malam saya ambil sampah di hotel, mendapat 50-100 kilogram,” katanya. Hingga kini, Fildza telah memproses sekitar 750 kilogram sampah sisa makanan.

Fildza Ghassani Andias saat mengolah sampah organik dengan maggot. Dok Pribadi

Budi daya maggot ini tak hanya bermanfaat untuk pengolahan sampah. Di tangan Fildza, larva lalat ini rupanya juga bisa dijadikan penganan. Berbeda dengan maggot yang dijadikan pengurai sampah, maggot untuk penganan diberi makan sampah bersih, berupa ampas sosis dan es krim. Maggot tersebut selanjutnya disangrai agar menjadi maggot kering sebelum Fildza menjadikannya keripik.

Keripik maggot buatan Fildza ini sempat dijual. Namun, atas saran beberapa pihak, ia memutuskan melakukan uji laboratorium lebih dulu agar lebih terjamin ketika dipasarkan ke masyarakat. Kini, Fildza berfokus mengembangkan maggot-nya untuk dijadikan pakan ternak ayam sebagai tambahan protein. “Jadi, bisa bertelur tanpa pejantan,” ujar dia.

Kecintaan Fildza terhadap lingkungan bukan baru kali ini. Pada awal masa pandemi, ia telah memulai proyek pengolahan limbah tekstil, yakni membuat pembalut dari kain perca. Lagi-lagi, remaja kelahiran 2008 ini terinspirasi oleh banyaknya sisa kain di rumahnya lantaran usaha jahit orang tuanya. Selain pembalut, potongan kain itu disulap menjadi masker, scrunchie, serta rompi.

Dedikasi Fildza di bidang lingkungan membuahkan prestasi. Pengolahan sampah dengan maggot ini ia usung ketika mengikuti kontes pemilihan Pangeran dan Putri Lingkungan Hidup 2022. Ajang apresiasi bagi pelajar yang peduli lingkungan ini diselenggarakan organisasi lingkungan hidup Tunas Hijau serta Dinas Lingkungan Hidup Kota Surabaya. Pada akhir September lalu, namanya diumumkan sebagai peraih juara pertama Putri Lingkungan Hidup untuk kategori SMP.

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi (kiri) menyerahkan penghargaan kepada para pemenang Pangeran dan Puteri Lingkungan Hidup 2022 Fildza Ghassani Andias. Dok Pribadi

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menyerahkan penghargaan kepada para pemenang Pangeran dan Puteri Lingkungan Hidup itu. Menurut Eri, mereka layak dijadikan contoh karena menjadi pencinta lingkungan sejak dini. Eri berharap mereka dapat terus mengembangkan karya dan tidak berhenti setelah penganugerahan tersebut. “Tolong ditularkan kepada teman-temannya dan lingkungan sekitarnya, baik di sekolah maupun di rumah,” ucap Eri dikutip dari situs web Pemerintah Kota Surabaya.

Presiden Tunas Hijau, Muhammad Zamroni, mengatakan pemilihan Pangeran dan Putri Lingkungan Hidup tahun ini diikuti 932 peserta yang berasal dari SD dan SMP se-Surabaya. Tahap awalnya dimulai pada Februari lalu sampai akhirnya tersisa 58 finalis.

Sementara itu, gelar juara pertama Pangeran Lingkungan Hidup 2022 kategori SMP diraih oleh Gilbert Matthew Carnelis dari SMPN 3 Surabaya. Sedangkan pemenang kedua direngkuh oleh Ghazi Nevan Rasydan dari SMPN 26 Surabaya serta juara ketiga disabet Naufal Suma Azizi dari SMPN 17 Surabaya. Kemudian untuk Pangeran Lingkungan Hidup kategori SD, Andrew Ionesta dari SDN Ketabang I menjadi pemenang pertama, disusul Bhre Bhawana Praja Kawula dari SDN Pacarkeling V dan Husnu Alkaisar Jabbar Tuhardi dari SDN Kaliasin I sebagai juara kedua dan ketiga.

Adapun untuk Putri Lingkungan Hidup 2022 kategori SMP, gelar juara pertama diraih oleh Fildza. Viorenza Aulia Adiyatama dari SMPN 40 serta Tanaya Aprilia Giofian dari SMPN 22 masing-masing menjadi pemenang kedua dan ketiga. Kemudian untuk Puteri Lingkungan Hidup kategori SD, gelar juara pertama digenggam Aurellia Putri Astadewi dari SDN Kaliasin I, juara kedua Queen Anneysa Kabeer Lukito dari SDN Ketabang I, serta juara ketiga Verlita Anggraini Putri dari SDN Rungkut Menanggal I.

FRISKI RIANA

 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Friski Riana

Friski Riana

Lulus dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana pada 2013. Bergabung dengan Tempo pada 2015 di desk hukum. Kini menulis untuk desk jeda yang mencakup isu gaya hidup, hobi, dan tren. Pernah terlibat dalam proyek liputan Round Earth Media dari International Women’s Media Foundation dan menulis tentang tantangan berkarier para difabel.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus