Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

5 Penyebab Tubuh Berkeringat saat Makan, Termasuk Kerusakan Saraf dan Parkinson

Berkeringat setelah makan makanan tertentu adalah hal wajar, tapi ada juga yang baru memikirkannya saja sudah berkeringat.

16 Februari 2021 | 12.40 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi wanita makan burger. TEMPO/Subekti

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Keringat berfungsi mendinginkan tubuh. Keringat bisa keluar bukan saat olahraga, juga ketika ada sesuatu yang panas masuk ke tubuh seperti makanan. Jadi jika Anda berkeringat di dahi saat makan sup, apalagi yang pedas, itu adalah hal yang normal.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namun, ada juga alasan medis mengapa tubuh berkeringat setelah makan, itu disebut dengan "gustatory sweating". Dilansir dari Livestrong, penyebab tubuh berkeringat saat makan adalah sebagai berikut. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

1. Makanan tertentu
Ada makanan tertentu yang bisa memicu respons keringat, termasuk kopi, cokelat, makanan pedas atau asam, makanan panas, alkohol, dan permen, menurut International Hyperhidrosis Society.

"Saya jarang mendengar pasien mengatakan bahwa makan menyebabkan mereka berkeringat di seluruh tubuh. Mereka berkeringat ketika makan makanan tertentu," kata David Pariser, seorang dokter kulit dan spesialis hiperhidrosis (keringat berlebih) di Norfolk, Virginia, Amerika Serikat. 

Jadi, jika tak ingin berkeringat saat makan, hindari makanan-makanan tersebut. 

2. Mengidap sindrom Frey 
Sindrom Frey adalah kondisi langka yang terjadi setelah operasi wajah di sekitar kelenjar parotid atau kelenjar ludah di bawah telinga, menurut National Organisation for Rare Disorders. 

Menurut Pariser, saat kulit dan saraf sembuh setelah operasi, cabang saraf yang menuju ke kelenjar ludah ini pada dasarnya dapat bercampur dan terhubung ke kelenjar keringat di kulit. Karena kelenjar air liur dirangsang sebagai respons terhadap makan, yang merupakan bagian dari proses pencernaan, keliru memicu kelenjar keringat untuk berkeringat.

"Ini adalah keringat yang menetes. Meskipun ini bukan kondisi medis yang serius, namun dapat mengganggu secara sosial," kata Pariser.

Sindrom ini bisa diatasi dengan suntikan botoks yang biasanya bertahan selama sembilan hingga 12 bulan, bahkan hingga dua tahun.

3. Kerusakan saraf akibat diabetes
Orang yang menderita neuropati otonom diabetik, kerusakan saraf akibat komplikasi diabetes, bisa berkeringat di dahi, wajah, kulit kepala, dan leher setelah mengunyah makanan, terutama setelah makan keju.

“Tidak ada masalah dengan kelenjar keringat mereka, itu karena tombol yang mengontrolnya,” kata Pariser. Dalam hal ini, sakelar itu macet, dan saraf menstimulasi keringat padahal seharusnya tidak.

Baca juga: Sering Berkeringat Meski Tak Kepanasan atau Olahraga, Ini Penyebabnya

4. Mengidap herpes zoster
Penyakit ini adalah reaktivasi dari virus varicella-zoster yang menyebabkan cacar air. Penyakit ini bisa menyebabkan ruam yang agak menyakitkan. Jika ruam ini ada di wajah maka saraf bisa rusak sehingga menyebabkan keringat.

Ini dikenal sebagai hiperhidrosis sekunder, menurut Masyarakat Hiperhidrosis Internasional. Kemungkinan besar orang akan berkeringat di kedua sisi wajah serta leher dan dada. Respons ini bisa muncul saat  makan atau bahkan hanya memikirkan tentang makanan, menurut organisasi.

5. Gejala penyakit Parkinson
Parkinson adalah gangguan otak progresif yang menyebabkan gemetar, membuat sulit berjalan dan mempengaruhi keseimbangan, menurut National Institute on Aging. Gangguan otak dan saraf terkait dengan kondisi berkeringat.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus