Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

PDHI Dampingi Dokter Hewan yang Digugat Rp 1,3 Miliar

PDHI menilai gugatan ke pengadilan karena anak anjing mati itu tak masuk akal. Sidang internal telah digelar atas dokter hewan yang bersangkutan.

20 September 2018 | 11.38 WIB

Seorang pemilik menunggui kudanya yang sedang diperiksa dokter hewan di Hebrew University Koret School di Rishon Lezion, Israel, 23 November 2015. Rumah sakit ini menggunakan alat-alat yang rumit dan dibantu puluhan relawan untuk mengobati hewan yang dapat berbobot lebih dari 450 kg. AP/Oded Balilty
Perbesar
Seorang pemilik menunggui kudanya yang sedang diperiksa dokter hewan di Hebrew University Koret School di Rishon Lezion, Israel, 23 November 2015. Rumah sakit ini menggunakan alat-alat yang rumit dan dibantu puluhan relawan untuk mengobati hewan yang dapat berbobot lebih dari 450 kg. AP/Oded Balilty

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Tangerang - Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) menyatakan mendampingi satu anggotanya, Indhira Kusumawardhani. Dokter hewan di bilangan Cinere, Jakarta Selatan, ini menghadapi gugatan ganti rugi lebih dari Rp 1,3 miliar dari seorang pemilik anak anjing yang pernah menjadi pasiennya.

Baca berita sebelumnya:
Anjingnya Mati, Wanita Ini Gugat Dokter Hewan Rp 1,3 Miliar

Gugatan diajukan ke Pengadilan Negeri Tangerang oleh Nadhila Utama, 23. Dia menuding Indhira lalai hingga menyebabkan kematian anak anjing berusia dua pekan miliknya jenis keturunan Siberian Husky tipe albino yang diklaim langka.

Juru bicara PDHI, Moch. Wahyudin, mengatakan bahwa sidang internal kode etik profesi telah digelar atas Indhira dan kasus tersebut. Hasilnya, PDHI tak menemukan bukti tudingan itu. Indhira dinyatakan tidak melanggar kode etik dan tidak lalai hingga menyebabkan kematian si anak anjing.

“Disebut kelalaian itu jika hewan secara fisik dalam penguasaan dokter, tapi ini  kan kondisinya rawat jalan,” kata Cecep, Rabu 19 September 2018.

Baca:
Viral, Pria Bunuh Anjing Pacarnya karena Cemburu

Cecep menuturkan bahwa Nadhila datang tepat saat Indhira hendak menutup kliniknya pada 28 Mei 2018. Saat yang sama Indhira juga mengaku sedang flu berat. “Dokter Indhira sudah memberikan pertolongan pertama dengan suntikan dan vitamin,” kata Cecep.

Keesokan paginya, flu memaksa Indhira menelan obat dan tertidur hingga siang. Janji kunjungan medis kepada pasien anak anjing itu pun terlewat. Tapi Cecep menilai tidak semestinya Indhira disalahkan karena kejadian itu. "Karena dokter juga manusia, butuh bed rest juga,” ujar Cecep.

Seperti diketahui sebelumnya Nadhila, karena Indhira tak datang, memeriksakan anak anjingnya ke klinik dokter hewan lain. Di sana diketahui anjing menderita cacingan dan sempat mau makan dengan disuapi. Tapi kondisinya melemah dan akhirnya mati pada petang.

Kematian itu awalnya memicu somasi dari Nadhila dan menuntut ganti rugi material Rp 274 juta. Karena tak berbalas, somasi meningkat menjadi gugatan ke Pengadilan Negeri Tangerang.  

Baca juga:
Polisi Selidiki Kasus Al Ghazali, Ini Bedanya dengan Kasus Dul

"Kami gugat perdata, setelah dihitung Nadhila merugi material senilai Rp 274 juta.Nilai itu didasarkan biaya perawatan dari mulai makanan, vitamin dan lainnya dan immaterial Rp 1,3 miliar," kata Nadhila melalui kuasa hukumnya, Hamonangan Syahdan Hutabarat.

Tentang gugatan itu, Cecep ganti menilainya sebagai tak masuk akal. “Seperti sudah di-setting  matang, sampai ada sita jaminan rumah yang ditinggali Indhira,” kata Cecep.

Kini baik pihak  Nadhila sebagai penggugat  dan Indhira yang tergugat masih menunggu jadwal mediasi dari hakim Pengadilan Negeri Tangerang.


KOREKSI:
Berita ini telah diralat pada Jumat 21 September 2018, Pukul 11.35 WIB, untuk memperbaiki keterangan umur penggugat. Terima kasih.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ayu Cipta

Bergabung dengan Tempo sejak 2001, Ayu Cipta bertugas di wilayah Tangerang dan sekitarnya. Lulusan Sastra Indonesia dari Universitas Diponegoro ini juga menulis dan mementaskan pembacaan puisi. Sejumlah puisinya dibukukan dalam antologi bersama penyair Indonesia "Puisi Menolak Korupsi" dan "Peradaban Baru Corona 99 Puisi Wartawan Penyair Indonesia".

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus