Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebuah konten yang menghubungkan One Health dan central banking digital currency dengan “plandemi” 2025, diunggah akun ini [arsip] di Instagram pada 22 Desember 2024. Plandemi berasal dari sebuah film teori konspirasi yang dirilis pada Mei 2020 berisi gagasan bahwa pandemi Covid-19 direncanakan atau penipuan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Konten itu memuat tangkapan layar berita Kompas TV tentang One Health sebagai solusi mencegah pandemi serta video Ichsanuddin Noorsy. Noorsy menyebut bahwa satu sehat berasal istilah One Health dari Badan Kesehatan Dunia yang akan membuat seluruh masyarakat dunia harus tunduk pada ketentuan-ketentuan Badan Kesehatan Dunia. Sedangkan melalui central banking digital currency, IMF telah memberlakukan e-dollar pada Juli lalu dengan pengaruh dollar yang tersisa 39 persen dari sebelumnya 52 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Benarkah One Health bagian dari next plandemi 2025 dan benarkah IMF memaksa pemberlakuan CBDC?
PEMERIKSAAN FAKTA
Hasil verifikasi Tempo menunjukkan bahwa One Health tidak berkaitan dengan kelompok tertentu yang merencanakan pandemi pada 2025. Sebaliknya, One Health adalah pendekatan menyeluruh (holistik) untuk mencegah pandemi yang pernah terjadi pada 2020.
Video utuh pidato Ichsanuddin Noorsy tersebut diunggah oleh akun YouTube Refly Harun pada 19 Agustus 2023 di sini. Bagian video yang diedarkan di Instagram diambil pada menit ke-07:16 hingga 08:24.
Ahli Virologi dari Universitas Airlangga, Dr. Arif Nur Muhammad Ansori, MSi mengatakan One Health adalah pendekatan multidisiplin yang mengintegrasikan kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan. Konsep ini berangkat dari pemahaman bahwa kesehatan di ketiga bidang tersebut saling berkaitan, sehingga masalah kesehatan tidak bisa diselesaikan secara terpisah.
“Pendekatan ini mendorong kolaborasi antara berbagai sektor, termasuk kedokteran manusia, kedokteran hewan, ekologi, dan kesehatan lingkungan, untuk mengatasi ancaman kesehatan global secara komprehensif,” kata Arif kepada Tempo, Selasa 24 Desember 2024.
Salah satu fokus utama One Health adalah mencegah penyebaran zoonosis yaitu penyakit yang menular dari hewan ke manusia seperti flu burung dan Covid-19. Selain itu, One Health juga berperan dalam memastikan keamanan pangan, seperti mencegah kontaminasi bakteri atau virus pada produksi pangan, serta mengatasi resistensi antimikroba (AMR), yang dapat terjadi akibat penggunaan antibiotik secara berlebihan pada manusia dan hewan.
“Dengan mengidentifikasi risiko yang ada dalam interaksi manusia, hewan, dan lingkungan, One Health bertujuan untuk memitigasi ancaman kesehatan secara proaktif. Konsep ini bukanlah agenda tersembunyi melainkan pendekatan berbasis bukti yang bertujuan mencegah pandemi di masa depan dan melindungi kesehatan global secara berkelanjutan,” jelas Arif.
Hal senada disampaikan peneliti dan epidemiologist Monash University Indonesia, Associate Professor Henry Surendra. Menurut Henry, konsep One Health merupakan konsep lama yang berfokus untuk mensinergikan upaya peningkatan kesehatan pada manusia, hewan, dan lingkungan.
“Jadi saya kira menghubungkan Satu Sehat dengan konsep One Health yang diinterpretasikan sebagai konspirasi global itu tidak benar,” kata Henry.
Seringkali timbulnya penyakit zoonosis baru (emerging) terjadi karena terganggunya ekosistem oleh adanya perubahan lingkungan baik karena perubahan penggunaan lahan, aktivitas pembabatan hutan, pembangunan kawasan perumahan, dan lain-lain. Perubahan ini memicu munculnya konflik atau interaksi antara hewan pembawa penyakit dengan manusia, yang berujung terjadinya penularan penyakit baru dari hewan ke manusia.
“Sangat penting sekali mensinergikan upaya pengendalian kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan untuk mencegah munculnya penyakit baru yang dapat memicu kejadian luar biasa atau bahkan pandemi,” kata epidemiolog yang terlibat dalam penelitian penyakit zoonosis menggunakan konsep One Health.
World Health Organization (WHO) dalam situs resminya mengatakan bahwa dalam konsep One Health, kesehatan manusia, hewan peliharaan dan liar, tumbuhan, dan lingkungan yang lebih luas (termasuk ekosistem) saling terkait erat dan saling bergantung.
Sementara kesehatan, makanan, air, energi, dan lingkungan merupakan topik yang lebih luas dengan perhatian khusus pada tiap sektor, kolaborasi lintas sektor dan disiplin ilmu berkontribusi untuk melindungi kesehatan, mengatasi tantangan kesehatan seperti munculnya penyakit menular, resistensi antimikroba, dan keamanan pangan, serta meningkatkan kesehatan dan integritas ekosistem kita.
Dengan menghubungkan manusia, hewan, dan lingkungan, One Health dapat membantu menangani seluruh spektrum pengendalian penyakit–mulai dari pencegahan hingga deteksi, kesiapsiagaan, respons, dan pengelolaan–dan berkontribusi pada keamanan kesehatan global.
Pendekatan ini dapat diterapkan di tingkat masyarakat, subnasional, nasional, regional, dan global, dan bergantung pada tata kelola, komunikasi, kolaborasi, dan koordinasi yang efektif dan bersama. Dengan menerapkan pendekatan One Health, masyarakat dapat lebih memahami manfaat bersama, risiko, trade-off, dan peluang untuk memajukan solusi yang adil dan holistik.
Central Banking Digital Currency
Dikutip dari website Kementerian Keuangan, Central Bank Digital Currency (CBDC) adalah uang digital yang diterbitkan dan peredarannya dikontrol oleh bank sentral dan digunakan sebagai alat pembayaran yang sah untuk menggantikan uang kartal. CBDC akan bertindak sebagai representasi digital dari mata uang suatu negara. CBDC sudah memenuhi 3 (tiga) fungsi dasar uang, yaitu sebagai alat penyimpan nilai (store of value), alat pertukaran/pembayaran (medium of exchange) dan alat pengukur nilai barang dan jasa (unit of account).
Penerapan CBDC berdampak pada sistem pembayaran yang lebih cepat, efektif dan efisien. Bank sentral dapat memantau supply uang secara efektif, memudahkan penelusuran transaksi dan memangkas biaya perbankan. Karena keunggulan yang ditawarkan, banyak negara yang tertarik mengembangkan CBDC dan meningkat dua kali lipat selama pandemi.
Saat ini terdapat 9 (sembilan) negara yang telah menerapkan CBDC secara penuh yaitu Nigeria, Bahama dan 7 negara di Kepulauan Karibia. Adapun di negara-negara seperti Rusia, Amerika Serikat, Singapura dan Cina yang masih dalam tahap kajian memiliki tujuan dan model CBDC yang berbeda-beda.
Di Indonesia, Bank Indonesia melihat dari sisi moneter tidak akan ada perbedaan dengan kondisi sistem pembayaran saat ini. Jika CBDC telah diterapkan di seluruh Bank sentral di dunia, akan semakin memudahkan transformasi digital dari sisi masyarakat. Sedangkan dari sisi Bank Sentral pengelolaannya akan lebih mudah karena secara terdesentralisasi. Namun hingga saat ini Bank Indonesia masih terus mengkaji dan melakukan asesmen terhadap potensi penerapan CBDC di Indonesia.
Jika CBDC diterapkan di Indonesia, dipastikan akan menjadi kompetitor e-wallet lainnya seperti OVO, DANA dan Gopay. Penerapan CBDC di Indonesia pun lebih cocok menggunakan mekanisme hybrid dan melakukan pembatasan jumlah nominal e-wallet sehingga tetap menjaga eksistensi bank konvensional.
Jika dibandingkan dengan e-money saat ini, CBDC lebih aman mengingat berbasis blockchain dan dapat dilacak karena melekat pada akun perorangan. Namun perlu diperhatikan juga terkait penyesuaian yang perlu dilakukan di masyarakat, proses konversi mata uang digital negara lain dan pihak yang berwenang melakukan penerbitan e-wallet.
Kalau disampaikan bahwa IMF memaksa dunia memberlakuan CBDC di bulan Juli, faktanya Indonesia belum menerapkan CDBC tersebut.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pemeriksaan fakta, Tim Cek Fakta Tempo menyimpulkan bahwa klaim One Health bagian dari next pandemi 2025 dan IMF memaksa pemberlakuan CBDC adalah keliru.
One Health adalah pendekatan terpadu dan pemersatu yang bertujuan untuk menyeimbangkan dan mengoptimalkan kesehatan manusia, hewan, dan ekosistem secara berkelanjutan. Dan tidak ada keharusan dan pemaksaan untuk menerapkan CBDC bagi suatu negara.
TIM CEK FAKTA TEMPO
Cek Fakta Tempo telah hadir selama lima tahun membantu publik menghadirkan informasi yang sesuai fakta, serta melawan misinformasi dan disinformasi. Kami membutuhkan masukan Anda agar cek fakta Tempo terus relevan menjawab kebutuhan pembaca serta menghadapi tantangan disinformasi yang semakin kompleks. Semoga Anda bisa meluangkan waktu selama 5 menit untuk mengisi survei pada tautan ini.
**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email [email protected]