Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

Cerita Asal Mula Font Logo Piala Dunia U-20 Buatan Adien Gunarta

Font logo Piala Dunia U-20 yang dibuat Adien Gunarta bernama Upakarti, yang diunggahnya ke internet pada 2015 secara bebas.

26 Oktober 2019 | 07.55 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Logo Piala Dunia U-20. Kredit: Twitter

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Desainer grafis dan huruf Adien Gunarta mengaku senang karena desain huruf yang dibuatnya telah digunakan pada logo Piala Dunia U-20 2021 untuk tulisan 'Indonesia 2021'.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Seneng sih bisa dipake di acara segede itu, seneng bisa kasih manfaat ke masyarakat luas,” ujar Adien kepada Tempo melalui pesan pendek, Jumat, 25 Oktober 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pria asli Probolinggo, Jawa Timur itu menceritakan bahwa font yang dia buat itu bernama Upakarti, yang diunggahnya ke internet pada 2015 secara bebas. Semua orang bisa menggunakannya.

Saat ini, Adien bekerja sebagai Staf Komunikasi di Wikimedia Indonesia. Bungsu dari tiga bersaudara itu menjelaskan bahwa font yang dia buat merupakan pengembangan dari font bernama Kemasyuran Jawa pada 2011 silam.

Saat itu merupakan awal mula Adien membuat font dan masih menggunakan online tools bernama Fontstruct. “Masih gak rapi, masih amburadul di banyak bagian,” ujar dia.

Kemudian, pada 2015, dia berpikir untuk mengembangkannya menggunakan CorelDRAW. Sehingga beberapa bentuk huruf dipertahankan, dimuluskan, dan ada pula yang dia buat ulang. Putra dari pasangan M. Gun Abdul Rasyid (alm) dan Sri Hartati itu juga membuat versi miringnya, agar terkesan seperti tulisan tangan alami, dan membuat beberapa ligatur (dua huruf tertentu yang jika bertemu jadi gabung, ada di gambar ligatatur yang hijau).

“Ini inspirasinya emang mengambil dari bentuk aksara Jawa, tapi dibikin agak gemuk dan membulat, ada juga kemiripan sama desain hurufnya ‘Tolak Angin’ yang punya bulatan di ujung huruf,” katanya. “Ini udah banyak banget yang pake, apalagi kalo jalan-jalan di Yogya ya, di Malioboro gitu beberapa kaos yang dicetak pake font ini. Beberapa resto juga beberapa ada yang make font ini.”

Namun, Adien berujar, sebelum viral di Twitter, PSSI tidak menghubunginya untuk meminta izin. Kemudian setelah viral, ada pihak dari PSSI yang menghubunginya melalui direct message di akun Twitter-nya. “Intinya mohon maaf karena belum izin dulu. Saya jawab gapapa mas, santai saja, begitu,” tutur Adien.

Hal itu dibenarkan Kepala Hubungan Media dan Promosi Digital PSSI Gatot Widakdo. Menurut Gatot, yang mempersoalkan di media sosial itu bukan Adien melainkan teman-teman Adien. “Itu lucu, karena yang mempersolkan teman-temannya. Sudah dikonfirmasi. Contohnya, Time News Roman gitu, itu kan dipakai gratis oke-oke saja, pemiliknya juga ketawa-ketawa saja dan bilang tidak ada masalah,” katanya kepada Tempo melalui telepon, Jumat, 25 Oktober 2019.

Adien Gunarta tertarik di dunia grafis sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Lulusan Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga itu sudah mulai mengutak-atik font melalui platform Fonstruct.com saat itu. “Eh ternyata suka bikin-bikin huruf, mungkin masih keturunan dari almarhum kakek yang juga berkecimpung di bidang serupa, yakni kaligrafi,” kata Adien.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus