Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Huawei Mate 30 Pro resmi dirilis di Indonesia dengan harga Rp 12,5 juta. Ponsel pintar itu tidak dapat mengakses layanan Google Mobile Service termasuk Google Play Store, tapi menggunakan Huawei Mobile Service (HMS) sebagai ganti layanan Google.
"Intinya kita selama dalam beberapa bulan terakhir ini, memang HMS ini sudah kita dikembangkan dari 2018, tapi mungkin secara intens karena didesak oleh keadaan jadi harus aktif," ujar Deputy Country Director Huawei Consumer Business Group Indonesia, Lo Khing Seng, di Ice Palace, Lotte Shoping Avenue, Jakarta, Kamis, 14 November 2019.
Smartphone tersebut merupakan ponsel pertama Huawei yang dirilis setelah pemerintah AS memberlakukan sanksi perdagangan terhadap raksasa teknologi Cina, Huawei.
Sanksi secara khusus membatasi perusahaan AS termasuk Google melakukan bisnis dengan Huawei. Sehingga Huawei Mate 30 Pro tidak memiliki akses resmi ke aplikasi atau layanan Google apa pun. Itu sebabnya Huawei Mate 30 Pro ini menggunakan sistem operasi EMUI 10 based on Android 10.
Yang pasti, kata Khing Seng, Huawei berkomitmen dan berusaha keras karena ini faktor eksternal yang harus diselesaikan dengan kerja keras. "Saya sampai harus keliling ke semua top apps di Indonesia untuk bisa bekerja sama dengan kita. Mungkin saat ini ada beberapa apps yang sudah bisa, sudah beradaptasi dan berjalan dengan normal," kata Khing Seng.
Huawei Mate 30 Pro memiliki layar OLED Flex berukuran 6,53 inci dengan resolusi 2400 x 1176 dan rasio aspek 18,4: 9. Di bagian belakang, Mate 30 Pro mengusung quad camera system dengan 40MP Cine Camera, 40MP SuperSensing Camera, 8MP Telephoto Camera, dan satu 3D Depth Sensing Camera.
Merek ponsel asal Cina itu disenjatai dengan chip Kirin 990, chip ini didampingi dengan kapasitas RAM 8 GB dan memori internal 256 GB. Smartphone ini juga sudah mendapatkan sertifikasi IP68 yang membuat posel tahan percikan air dan debu. Di Indonesia, smartphone ini hadir dengan warna space silver.
"Intinya, mungkin belum terinterarasi secara sempurna, iya. Tapi untuk basic thinks kita usahakan semaksimal mungkin dan kita berkomitmen dalam waktu sesegera mungkin saya rasa dalam 2 bulan ke depan ini akan sangat banyak top apps yang akan terintegrasi dengan Huawei," tutur Khing Seng.
Dalam HMS, kata Khing Seng, Huawei mengadopsi API dari Google. Edy Supartoni Training Director Huawei Consumer Business Group Indonesia menjelaskan bahwa dirinya sudah menggunakan Huawei Mate 30 Pro sebagai ponsel utama.
"Buat saya beli handphone supaya saya bisa pakai, orang beli handphone itu bukan untuk beli Google. Beberapa aplikasi yang saya pakai, yang utama itu media sosial, karena banyak yang tanya itu, bisa WeChat enggak? WhatsApp enggak? Instagram enggak? dan lain sebagainya. Saya coba pakai berjalan atau tidak, ya berjalan," kata Edy sambil menunjukkan layar Huawei Mate 30 Pro.
Edy mengaku bisa menggunakan WhatsApp secara normal, mulai dari mengirim pesan, video call, dan mengirim lokasi. Sebagai pengganti Play Store, kata dia, Huawei menyediakan App Galery.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini