Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Kristina Sembiring, seorang yang dikenal sebagai bidan digital, memiliki makna sendiri tentang HUT RI ke 73, khususnya dalam profesi bidan. Menurut perempuan 38 tahun itu, arti kemerdekaan untuk bidan belum terlihat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Sekarang bidan belum merdeka, bidan yang merdeka itu sejahtera dengan profesinya. Tidak lagi terpenjara aturan dan birokrasi yang memperkecil ruang gerak bidan," ujar Kristina saat dihubungi Tempo, 15 Agustus 2018. Kristina adalah Chief Executive Officer sekaligus founder startup digital bernama MOI, aplikasi yang mempertemukan antara pasien dengan bidan atau perawat.
MOI kepanjangan dari Medis Online Indonesia, sebuah aplikasi Android untuk membantu warga Indonesia yang membutuhkan pelayanan kesehatan di rumah atau pendampingan di rumah sakit. Tenaga kerja MOI adalah bidan dan perawat yang sudah terlisensi dan sudah masuk dalam training center, artinya mempunyai kemampuan dan kualitas yang baik.
Wanita kelahiran Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, itu menggeluti profesi sebagai bidan sejak 2001. Bidan saat ini, kata dia, merupakan profesi yang ijinnya suka dipersulit. Menurut dia, pendidikan bidan di Indonesia juga masih terkesan kaku dan rumit.
"Tahun 2001 hingga 2004 saya bekerja di rumah sakit TNI Jakarta. Kemudian membuka klinik di Jakarta pada 2004 hingga 2012," tambah Kristina. "Pada saat itu saya juga sekalian belajar dan menambah ilmu kebidanan dan keperawatan sampai memiliki certified national trainer."
Sebelum mendirikan MOI, Kristina telah melatih banyak bidan dan perawat di berbagai provinsi di Indonesia. Selain itu, dia juga mendirikan klinik di Medan serta mendirikan yayasan Emas atau Ernala Muara Asis Semesta, yang bergerak di bidang pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia (SDM).
Dari beberapa pengalamannya di bidang ilmu kebidanan, Kristina menemukan banyak masalah. Angka pengangguran lulusan bidan atau perawat, kata dia, sangat tinggi, bahkan kalaupun sudah bekerja, para bidan mendapatkan honor yang rendah.
"Di tengah permasalahan tersebut, masyarakat juga butuh pelayanan kesehatan yang berbeda, cepat dan tanpa antri," kata ibu tiga anak itu. "Masyarakat juga ingin yang mudah dan murah sistemnya, serta bidan yang memiliki kompetensi dan merawat layaknya keluarga."
MOI, Kristinya melanjutkan, merupakan solusi bagi seluruh permasalahan yang ada. Selain membuka lapangan kerja bagi para bidan dan memberikan pelatihan secara gratis, masyarakat juga bisa mendapatkan layanan kesehatan hanya dengan melalui ponsel.
Di era digital ini, Kristina berharap bidan bisa lebih merdeka untuk belajar menambah wawasan dan kompetensi. Sehingga, menurut anak bungsu dari enam bersaudara itu, para bidan serta perawat bisa sejahtera dengan kemajuan teknologi yang ada. "Untuk mensosialisasikan MOI, saya sudah melalukan audiensi dengan ketua Ikatan Bidan Indonesia dan sowan ke beberapa ketua provinsi, juga ke organisasi keperawatan. Dengan tujuan untuk kesejahteraan profesi kami, karena rencananya saya akan sosialisasi MOI ke beberapa kota," ujar dia.
Penguatan fondasi MOI sudah berjalan selama setahun. Startup itu sudah memiliki 102 orang mitra yang merupakan perawat dan bidan yang bekerja khususnya di Medan. Kristina juga mengatakan, sudah ada waiting list sekitar 600 orang yang minta untuk dilatih di training center MOI.
Aktivitas wanita berambut panjang itu sebagai bidan mendapat dukungan penuh dari keluarganya. "Ya, keluarga saya mendukung sepenuhnya, kebetulan tinggal satu komplek dengan orang tua, abang, dan keponakan, jadi saya lebih lega saat keluar kota," kata perempuan kelahiran Mei 1980 itu.
Simak artikel menarik lainnya tentang HUT RI ke-73 dan kabar terbaru tentang sosok bidan digital Kristina Sembiring hanya di kanal Tekno Tempo.co.