Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

PANDI dan Yayasan Aksara Lontaraq Nusantara Garap Digitalisasi Aksara Lontara

Ketua PANDI Yudho Giri Sucahyo menyatakan penandatanganan MoU ini merupakan kelanjutan program Merajut Nusantara Melalui Digitalisasi Aksara.

8 November 2020 | 12.38 WIB

Image of Tempo
Perbesar
PANDI menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Yayasan Aksara Lontaraq Nusantara di kediaman Andi Alifian Mallarangeng, di bilangan Jakarta Timur, Kamis, 5 November 2020. Kredit: PANDI

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Yayasan Aksara Lontaraq Nusantara di kediaman Andi Alifian Mallarangeng, di bilangan Jakarta Timur, Kamis, 5 November 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ketua PANDI, Yudho Giri Sucahyo, menyatakan penandatanganan MoU kali ini merupakan kelanjutan dari program bertajuk Merajut Nusantara Melalui Digitalisasi Aksara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kegiatan ini diharapkan bisa memperkenalkan kembali dan melestarikan bagian dari budaya asli Indonesia. Kami sangat senang untuk bisa bekerja sama dengan Yayasan Aksara Lontaraq Nusantara dalam rangka melanjutkan pelestarian aksara daerah," ujar Yudho dalam keterangan persnya.

Andi Alifian Mallarangeng, Wakil Dewan Pembina Yayasan Aksara Lontaraq Nusantara menyambut baik kerja sama tersebut.

"Lontara sebenarnya merupakan aksara Nusantara pertama yang terdaftar di Unicode, kami upayakan bersama sekitar tahun 90-an silam, hanya saja belum diresmikan penggunaannya secara luas. Dari MoU yang terjalin dengan PANDI saat ini, saya sangat bersemangat untuk kembali bersama-sama melestarikan aksara Lontara," ungkap Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga tersebut.

Hal senada juga diungkapkan oleh Prof. Nurhayati Rahman, Ketua Dewan Pembina Yayasan Aksara Lontaraq Nusantara yang juga merupakan filolog aksara Lontara. Dia mengungkapkan bahwa digitalisasi aksara yang diupayakan PANDI merupakan satu hal yang dicita-citakannya sejak dulu, dan berharap bisa tetap lestari.

"Ini adalah mimpi sejak lama, huruf Lontara nantinya bisa diketik dan dilihat langsung di perangkat elektronik laptop, handphone. Namun dalam perkembangannya harus tetap menggunakan huruf aslinya, karena akan mengubah sejarah dari huruf Lontara itu sendiri,” ujar Nurhayati yang juga merupakan Guru Besar FIB Universitas Hasanudin Makassar.

Di sisi lain, Andi Sitti Aisyah, Ketua Yayasan Aksara Lontaraq Nusantara, mengatakan bahwa kerja sama kali ini sangat penting demi keberlangsungan aksara Lontara di masa mendatang. "Ini bisa menjadi self defense atau pertahanan diri sebagai anak bangsa, untuk menghadapi gempuran budaya dari luar," ujarnya.

Aksara Lontara juga dikenal sebagai aksara Bugis, aksara Bugis-Makassar, atau aksara Lontara Baru. Aksara tersebut biasanya digunakan sebagai sarana mengekspresikan bahasa Bugis dan bahasa Makassar dalam bentuk tulisan, juga merupakan salah satu aksara tradisional Indonesia yang berkembang di Sulawesi Selatan.

Kerja sama antara PANDI dan Yayasan Aksara Lontaraq Nusantara fokus pada pelestarian aksara yang diimplementasikan ke dalam bentuk kompetisi pembuatan website berkonten aksara Lontara yang akan diselenggarakan akhir tahun 2020.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus