Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah video viral di media sosial belum lama ini merekam dugaan penggunaan bot oleh sejumlah orang untuk memenangkan program Flash Sale Shopee 11.11 pada 11 November 2020. Program saat itu menawarkan smartphone iPhone XR dengan banderol harga hanya Rp 111 ribu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Video berdurasi 1 menit 9 detik itu memperlihatkan sekelompok orang yang sedang menunggu hasil pemenang yang mendapatkan promo menarik. Video perilaku meresahkan karena dianggap curang tersebut diunggah oleh akun Twitter bernama @txtdarionlshop, pada Kamis, 12 November 2020, dan sudah dibagikan sebanyak lebih dari 4 ribu kali, serta disukai 17 ribu pengguna.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
General Manager Kaspersky untuk Asia Tenggara, Yeo Siang Tiong, menilai penggunaan bot buntut dari pandemi Covid-19 yang mengubah e-commerce menjadi kebutuhan dasar. Menurutnya, pelanggan mengharapkan kecepatan dan kenyamanan, dan masa lockdown semakin meningkatkan permintaan itu.
Lalu, dia menambahkan, penjahat dunia maya pun selalu mengikuti di mana uang berada. Ini berdasarkan laporan Kaspersky’s Fraud Prevention: 2019 yang mencatat bahwa satu dari 50 sesi keuangan dan e-commerce online di seluruh dunia dilakukan oleh penjahat dunia maya. "Salah satu alat mereka adalah apa yang kami sebut bot,” ujar dia, Senin 16 November 2020.
Bot, Yeo menerangkan, adalah perangkat lunak yang dirancang untuk mempermudah pekerjaan manusia dengan bekerja secara otomatis di internet. Namun, penggunaannya juga berpotensi disalahgunakan dan telah disadari luas oleh sejumlah platform.
"Misalnya, Twitter secara berkala mengidentifikasi sejumlah besar bot dan membuangnya, yang berarti jejaring sosial memiliki caranya sendiri untuk mendeteksi bot," kata Yeo.
Menurutnya, berbagai perusahaan besar dapat memantau aktivitas akun nyata dan bot dengan membedakan aktivitasnya. Namun, ada beberapa petunjuk yang dapat diperiksa untuk mengidentifikasi bot, seperti cenderung memiliki kesamaan dalam penanganan atau penamaan.
Petunjuk lainnya adalah akun dibuat pada tanggal yang sama; penggunaan pola frase yang sama; membuat kesalahan tata bahasa yang sama; mengikuti akun serupa lainnya; dan memiliki kesamaan dalam hal biografi. “Serta penggunaan gambar umum atau wajah orang lain—yang mudah dicari di Google—sebagai avatar,” kata dia.
Yeo menambahkan, kemajuan teknologi, bagaimanapun, memungkinkan munculnya ‘bot manusia’ yang dapat meniru perilaku manusia tanpa cela bahkan menciptakan tantangan tersendiri bagi sistem anti-fraud.