Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pekerja berada di antara tanaman kelor yang dibudidayakan oleh salah satu perusahaan di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Palu, Sulawesi Tengah, 22 September 2020. Bagi warga Kota Palu, Kelor (Moringa eloifera) bukanlah tanaman asing. Hampir setiap rumah memiliki tanaman ini yang digunakan sebagai pagar alami yang bisa sewaktu-waktu dipetik daunnya sebagai bahan makanan. ANTARA FOTO/BASRI MARZUKI
Pekerja menunjukkan daun kelor yang baru saja dipanen di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Palu, Sulawesi Tengah, 22 September 2020. Dulu sebelum ilmu pengetahuan bisa menguak khasiat tumbuhan ini, kelor hanya tumbuh liar dibiarkan begitu saja. Perubahan terjadi setelah para peneliti menemukan berbagai manfaatnya, mulai dari sebagai pelumas berbagai peralatan mekanis, hingga produk kecantikan, kesehatan dan potensi pangan bergizi. Nilai ekonomisnya pun melonjak signifikan. ANTARA FOTO/BASRI MARZUKI
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Senior Manager Museum Rekor Indonesia (MURI) Jusuf Ngadri (kiri) memberikan penghargaan atas rekor penyajian jenis makanan terbanyak berbahan dasar kelor kepada Gubernur Sulteng Longki Djanggola, 5 Oktober 2019. Pada tahun 1999, Fuglie LJ mempublikasikan hasil penelitiannya yang mengejutkan dunia tentang kandungan nutrisi Kelor yang tertuang dalam buku "The Miracle Tree: Moringa oleifera: Natural Nutrition for the Tropics". Buku yang memicu gelombang penelitian ilmiah lanjutan tentang Kelor ini, kemudian direvisi tahun 2001 dan dipublikasikan kembali dalam judul : "The Miracle Tree: The Multiple Attributes of Moringa". Dunia pun kian mengenal potensi Kelor. ANTARA FOTO/BASRI MARZUKI
Deretan sedikitnya 150 jenis makanan yang dapat dibuat dengan melakukan diversifikasi produk kelor ditampilkan pada sebuah pameran produk kelor di Palu, Sulawesi Tengah, 5 Oktober 2019. Hal inilah yang kemudian memacu Kota Palu untuk mengembangkan potensi bisnis kelor. Dari sekitar delapan spesies tanaman kelor di tanah air, enam spesies diantaranya tumbuh di Kota Palu. Dan kini semakin banyak kelompok warga yang mengusahakan budidaya kelor ini, baik yang terorganisir maupun dilakukan secara individu. ANTARA FOTO/BASRI MARZUKI
Aneka produk berbahan dasar kelor yang siap dikonsumsi masyarakat di Palu, Sulawesi Tengah, 29 Agustus 2020. Demikian pula dengan pihak swasta, dalam setahun terakhir ini, tercatat sedikitnya tiga perusahaan nasional telah terjun ke bisnis budidaya kelor dan ketiganya berorientasi pasar ekspor. Manajemen budidaya diterapkan agar bisa menghasilkan kelor yang sesuai dengan keinginan pasar. Bahkan Moringa Organik Indonesia (MOI) yang berkantor pusat di Jakarta lantas membangun pusat pembelajaran kelor terbesar di Asia (Asian Moringa Learning Center-Integrated Organic Moringa Farma and Processing) di Kota Palu. ANTARA FOTO/BASRI MARZUKI
Sajian sayur kelor dengan santan kental yang menjadi salah satu menu makanan andalan warga di Palu, Sulawesi Tengah, 1 Juni 2019. Prospek itu makin mencerahkan setelah sejumlah perusahaan yang berafiliasi dengan kelompok usaha di Pulau Jawa telah berhasil melakukan ekspor ke sejumlah negara seperti Korea, Jepang dan Amerika Serikat. Kelor di Palu pun semakin berkembang, dari tanaman pagar rumah menjadi andalan ekspor yang mendunia. ANTARA FOTO/BASRI MARZUKI
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini