Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sekelompok pejuang Indonesia yang akan diinterogasi oleh Kelompok Intelijen dan Keamanan di Sidikalang, Sumatera Utara pada awal tahun 1949. Perdana Menteri Belanda Mark Rutte menyatakan permintaan maaf mendalam kepada Indonesia setelah tinjauan sejarah menemukan bahwa Belanda telah menggunakan "kekerasan yang berlebihan" dalam upaya mendapatkan kembali kendali atas bekas jajahan mereka setelah Perang Dunia II. Arsip Nasional/Handout via REUTERS
Proses identifikasi sisa-sisa jasad orang Eropa dan Indo-Eropa yang terbunuh pada fase awal revolusi Indonesia, di Bandung pada 1947. Sebuah penelitian mengatakan bahwa militer Belanda telah terlibat dalam kekerasan sistematis, berlebihan dan tidak etis selama masa revolusi kemerdekaan Indonesia tahun 1945-1949, dan ini telah dibiarkan oleh pemerintah dan masyarakat Belanda pada saat itu. NIOD Institute for War/Handout via REUTERS
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Artileri dari Brigade Marinir Belanda menembakkan peluru berdaya ledak tinggi di Tanjungsari, Jawa Timur pada awal 1947. Temuan tinjauan yang didanai oleh pemerintah Belanda pada tahun 2017 dan dilakukan oleh akademisi dan pakar dari kedua negara, dipresentasikan di Amsterdam pada 17 Februari 2022. The Netherlands Institute for Military History (NIMH)/Handout via REUTERS
Anggota pejuang Laskar Rakyat menunjukkan kesiapan mereka untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada 1945. PM Belanda Mark Rutte mengatakan permintaan maaf juga disampaikan kepada orang-orang di Belanda yang terdampak kekerasan ekstrem yang terjadi di masa Revolusi Kemerdekaan Indonesia. ANRI, IPPHOS/Handout via REUTERS
Tentara Indonesia dengan berbagai senjata dan seragam berfoto bersama, di Sumatera Selatan, antara tahun 1946 dan 1948. Permintaan maaf yang disampaikan oleh PM Mark Rutte ini bahkan melebihi permintaan maaf Raja Willem-Alexander saat kunjungannya ke Jakarta pada 2020 lalu. The Netherlands Institute for Military History (NIMH)/collection Stoottroepen Museum/Handout via REUTERS
Anggota Laskar Bambu Runcing memegang tombak saat bersiap melawan Belanda pada 1946. ANRI/IPPHOS/Handout via REUTERS
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini