Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Foto

Proses Limbah Pelepah Pinang yang Diubah Menjadi Briket

24 September 2022 | 11.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Foto 1 dari 6

Guntoro menunjukkan briket yang telah jadi di Teluk Kulbi, Jambi, 25 April 2022. Kelompok Tani Rengas Lestari di Kecamatan Betara, Kabupaten Tanjungjabung Barat, Provinsi Jambi mamp mengubah limbah pelepah pinang menjadi briket. ANTARA FOTO/WAHDI SEPTIAWAN

Image of Tempo
Perbesar
Foto 2 dari 6

Guntoro merapikan limbah pelepah pinang usai dijemur di Tanjungjabung Barat. Jambi, 25 April 2022. Saat ini Kelompok Tani Rengas Lestari memiliki 15 anggota yang merupakan petani dan sekaligus pemilik kebun pinang dengan total lahan mencapai 15 hektare lebih atau menghasilkan sedikitnya 1 ton sampah pelepah. ANTARA FOTO/WAHDI SEPTIAWAN

Image of Tempo
Perbesar
Foto 3 dari 6

Guntoro memadatkan lembaran limbah pelepah pinang saat pembakaran di Tanjungjabung Barat, Provinsi Jambi, 25 April 2022. Briket tersebut masih dilakukan secara tradisional. Pelepah yang gugur dipungut secara manual untuk dijemur dan ditampung. Lalu dibakar tak sempurna, dijemur lagi dan ditumbuk. FOTO/WAHDI SEPTIAWAN

Image of Tempo
Perbesar
Foto 4 dari 6

Guntoro menjemur limbah pelepah pinang yang telah dibakar di Tanjungjabung Barat, Provinsi Jambi, 25 April 2022. Untuk memproduksi 1 ton briket, diperlukan sedikitnya 3 ton pelepah. Saat ini, Guntoro menjual briket produksinya dengan harga Rp20 ribu per kilogram. ANTARA FOTO/WAHDI SEPTIAWAN

Image of Tempo
Perbesar
Foto 5 dari 6

Guntoro menyusun briket setengah jadi yang telah dicetak saat penjemuran di Tanjungjabung Barat, Provinsi Jambi, 25 April 2022. Setelahnya, pelepah siap diolah dengan campuran beberapa bahan. Lalu dicetak menggunakan alat seadanya dan kemudian dijemur kembali sampai mengeras. ANTARA FOTO/WAHDI SEPTIAWAN

Image of Tempo
Perbesar
Foto 6 dari 6

Briket yang telah jadi dibakar di dalam tungku di Tanjungjabung Barat, Provinsi Jambi, 25 April 2022. Guntoro menjamin, kualitas briket buatannya bisa bersaing dengan produksi briket daerah lain. “Kita hanya kalah dari segi bentuk dan kepadatan karena masih menekan dengan tangan dan memotong dengan alat seadanya. Soal daya tahan, aroma asap, dan debu pembakaran, saya bisa jamin,” tutupnya. ANTARA FOTO/WAHDI SEPTIAWAN

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus