Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seorang bocah pengungsi Rohingya menggunakan bedak tradisional, di kamp pengungsian Cox's Bazar, Bangladesh, Rabu, 4 Juli 2018. Meski hidup dalam kesulitan di kamp, pengungsi Rohingya, khususnya perempuan, tetap merawat wajah mereka dengan cara tradisional resep turun-temurun. REUTERS
Seorang bocah pengungsi Rohingya, Zannat Ara, 10 tahun, berpose dengan wajah yang berhias bedak tradisional, di kamp pengungsian Balukhali, Cox's Bazar, Bangladesh, 30 Maret 2018. Mereka biasa menggunakan bedak dan krim wajah thanaka. Krim tersebut terbuat dari batang pohon thanaka yang ditebang saat usia pohon mencapai 3-7 tahun. REUTERS
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Remaja pengungsi Rohingya, Juhara Begum, 13 tahun, berpose dengan wajah yang berhias krim wajah thanaka, di kamp pengungsian Jamtoli, Cox's Bazar, Bangladesh, 1 April 2018. Bedak dan krim wajah Thanaka sudah digunakan masyarakat Myanmar selama lebih dari 2.000 tahun. REUTERS
Remaja pengungsi Rohingya, Amina, berpose dengan wajah yang berhias bedak thanaka, di kamp pengungsian Kutupalong, Cox's Bazar, Bangladesh, 30 Maret 2018. Bedak thanaka berfungsi melindungi wajah para pengungsi saat cuaca panas di kamp pengungsian Bangladesh. REUTERS
Remaja pengungsi Rohingya, Rozia, berpose dengan wajah yang berhias bedak thanaka, di kamp pengungsian Kutupalong, Cox's Bazar, Bangladesh, 30 Maret 2018. Thanaka biasanya dipakai oleh berbagai kalangan di Myanmar, mulai anak-anak hingga orang dewasa. REUTERS
Bocah pengungsi Rohingya, Rufia Begum, 9 tahun, berpose dengan wajah yang berhias bedak thanaka, di kamp pengungsian Balukhali, Cox's Bazar, Bangladesh, 31 Maret 2018. REUTERS
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini