Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

7 Fakta Unik Ulat Hong Kong, Bisa Jadi Sumber Pangan juga Penyelamat Lingkungan

Ulat Hong Kong, disajikan di restoran hingga jadi biskuit untuk penyintas stunting

16 November 2023 | 10.30 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Ulat Hong Kong merupakan larva dari metamorfosis kumbang kecil hitam yang bernama latin Tenebrio molitor. Larva besar ini dipelihara untuk dijadikan umpan pancing, pakan ternak, dan makanan manusia.

Ulat Hongkong kaya akan protein, asam lemak, serat, dan berbagai zat gizi mikro. Selain itu, ulat Hong Kong memiliki fakta-fakta menarik. Diansir dari berbagai sumber, inilah 7 fakta unik ulat Hong Kong:

1. Disajikan di restoran Prancis

Selain menjadi pakan burung, Ulat Hong Kong juga disajikan untuk manusia. Salah satunya Chef Prancis Laurent Veyet di Restoran Prancis yang kerap menyajikan ulat Hong Kong sebagai menu utamanya.

Dilansir dari Reuters, Veyet membuat sajian salad udang dengan ulat Hong Kong kuning, kemudian serangga renyah bersama sayuran, dan belalang berlapis cokelat.

Kendati demikian, hidangan ini memiliki dua tantangan lantaran dianggap menjijikan. Adapun tantang tersebut antara lain menggaet opini publik dan belajar bagaimana mencocokkan rasa serangga dengan makanan lain.

"Anda harus menemukan rasa yang tepat, pendamping yang tepat. Semua itu menarik, koki mana pun akan memberitahu Anda hal yang sama," kata Veyet.

2. Kaya akan protein

Meskipun terlihat seperti belatung, sebenarnya ulat Hong Kong adalah larva kumbang gelap yang kaya akan protein, lemak, dan serat. Kandungan protein pada larva ulat Hong Kong mencapai 47,44 persen. Oleh karena itu, ulat Hong Kong kerap dijadikan bahan serbaguna dalam hidangan kari atau salad. Ada pula digiling untuk membuat tepung, yang kemudian digunakan sebagai bahan pasta, biskuit, atau roti.

3. Konsumsi disetujui EFSA

Konsumsi ulat Hong Kong disetujui Badan Keamanan Makanan Eropa (EFSA). Mereka bahkan sepakat penjualan ulat Hong Kong di pasaran. Pasalnya, Ulat Hong kong menawarkan sumber makanan yang berkelanjutan dan rendah emisi karbon untuk masa depan.

"Serangga itu bergizi," kata Stefan De Keersmaeker, juru bicara kesehatan dan keamanan pangan di Komisi Eropa. "Mereka benar-benar dapat membantu kita beralih ke pola makan dan sistem pangan yang lebih sehat dan berkelanjutan."

4. Dijadikan sebagai Biskuit untuk Anak Stunting

Mahasiswa dari Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya membuat biskuit dari ulat Hong Kong untuk pengobatan terhadap anak-anak yang mengalami kekerdilan (stunting). Biskot, nama biskuit itu, dilombakan dalam Asean Innovative Science Environmental and Enterprenuer Fair (AISEEF) 2021 yang baru berlalu.

Dalam proses pengolahannya, ulat dicuci bersih dan dikeringkan. Selanjutnya dihaluskan menggunakan blender dan disaring airnya, sebelum kemudian dicampur ke dalam adonan dari terigu, gula, dan telur.

5. Bukan cacing

Ulat Hong Kong bukan cacing. Ini dibuktikan dari bentuk Ulat Hong Kong yang memiliki enam kaki kecil . Ini dapat ditandai adanya bertunas dari dada hingga di bawah kepala. Hal lain yang membedakan ulat Hong Kong dengan cacing adalah adanya kerangka luar atau Eksoskeleton. Eksoskeleton adalah jenis kerangka yang membungkus tubuh, yang terbuat dari kitin, dikutip dari a-z-animals.com.

6. Kaya akan nutrisi

Selain protein, Ulat Hong Kong juga mengandung nutrisi lainnya. Dilansir dari petkeen.com, Ulat Hong Kong mempunyai kandungan vitamin yang lebih besar dibandingkan dengan daging sapi. juga mengandung banyak nutrisi dan vitamin, seperti omega-3, omega-6, atau vitamin B12; mereka juga kaya akan zat besi, seng, dan serat. Mereka mengandung 20 asam amino esensial, yang sebanding dengan daging sapi.

7. Mampu mencerna limbah plastik 

Tak hanya buah dan sayur, sampah plastik juga menjadi santapan ulat Hong Kong. Mereka bahkan dengan enteng mengunyah styrofoam, jenis plastik yang memiliki beragam fungsi, dari gelas hingga kemasan. 

Dalam prosesnya, Larva kumbang hitam mendapat bantuan dari enzim yang dikeluarkan mikroba usus mereka. Ibarat godam penghancur dinding, enzim-enzim itu sangat kuat mengurai plastik.

“Enzim ini sangat menarik, mereka menjadi alat kunci dalam proses penghancuran plastik,” kata Craig Criddle, profesor teknik lingkungan dari Stanford University.  

KHUMAR MAHENDRA | EKA YUDHA SAPUTRA | GABRIEL WAHYU TITIYOGA | ZACHARIAS WURAGIL

Pilihan Editor: 6 Manfaat Ulat Hong Kong, Jadi Sumber Protein hingga Bantu Pematangan Sel Otak Manusia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus