Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bercanda merupakan salah satu bentuk komunikasi dan bentuk kedekatan antar sesama manusia. Meski kerap dipakai untuk mencairkan suasana atau menghibur teman bicara, namun ada tata krama jika ingin melontarkan candaan yang perlu dicatat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengutip dari laman Universitas Islam Indonesia, bercanda harus memiliki batas dan aturan agar tidak menjadi suatu hal yang menyalahi etika atau agama. Selain itu, ada beberapa adab yang harus dilakukan saat bercanda.
Seseorang harus bijak dalam memilih waktu kapan dibolehkan dan kapan dilarang untuk bercanda. Selain itu, seseorang juga harus memperhatikan posisi dan kedudukan lawan bicara.
Ada beberapa hal yang tidak pantas dijadikan bahan candaan, di antaranya yaitu:
- Agama
Agama merupakan sebuah hal suci sehingga tidak boleh dijadikan bahan lelucon. Seseorang tidak bisa bercanda tentang agama karena Tuhan tidak akan menganggapnya lucu.
- Fisik
Saat membandingkan fisik dan penampilan seseorang, mungkin itu akan menjadi candaan yang seru. Namun siapa sangka jika hal ini akan membuat orang tersebut sakit hati.
- Masa lalu
Setiap orang memiliki masa lalunya sendiri. Mulai dari yang menyenangkan hingga yang pahit. Masa lalu yang pahit tidaklah pantas untuk dijadikan bahan candaan karena akan menyakiti hati orang tersebut.
- Kematian
Kematian merupakan suatu hal yang tak pantas dijadikan lelucon. Semua manusia yang hidup suatu saat akan mati. Untuk itu lebih baik jika menghargai orang yang sedang kehilangan dan tidak menjadikan ha tersebut sebagai bahan candaan.
- Musibah
Menjadikan musibah yang dialami seseorang sebagai bahan candaan merupakan salah satu tindakan yang tidak terpuji. Ketimbang bercanda, jauh lebih baik menawarkan bantuan kepada mereka yang sedang tertimpa musibah.
- Kesehatan
Kondisi kesehatan seseorang kerap menjadi bahan candaan, terutama mereka yang menderita penyakit jiwa dan autisme. Penderita atau keluarganya bisa dipastikan akan sakit hati jika mengetahui hal ini menjadi bahan candaan orang lain.
WINDA OKTAVIA
Baca juga: