Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Penyakit sifilis atau raja singa adalah penyakit menular yang sering menimpa masyarakat Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia sepanjang Juli-September 2019, tercatat sebanyak 1.586 orang menderita infeksi kelamin ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
CEO Klinik Pramudia dan dokter spesialis kulit dan kelamin Anthony Handoko menjelaskan bahwa sifilis terjadi karena bakteri Treponema Pallidum. Umumnya, ini disebarkan lewat hubungan seksual dengan orang yang menderita penyakit silifis kepada mereka yang sehat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Kalau suka berganti pasangan atau pekerja seksual pasti risikonya tinggi,” katanya dalam Seminar Media di Jakarta pada Rabu, 12 Februari 2020.
Sebagai bentuk antisipasi dan penangan dini, khususnya mereka yang memiliki risiko tinggi, Anthony pun menyarankan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan. Tes tersebut dapat dilakukan melalui dua jenis tes darah.
Yang pertama adalah tes nontreponemal seperti VDRL dan RPR. Menurutnya, tes tersebut sangat sederhana dan tidak mahal. Meski bukan dianggap sebagai tes sifilis yang spesifik, namun ini dipercaya bisa membantu diagnosa.
“Karena orang yang tes nontreponemal-nya bersifat reaktif dapat memberi tanda bahwa seseorang harus segera melakukan tes treponemal. Tujuannya agar benar-benar dikonfirmasi apakah benar sifilis atau bukan,” ungkapnya.
Pada tes kedua yakni treponemal sendiri, Anthony menjelaskan bahwa pemeriksaannya meliputi FTA-ABS, TP-HA, Elisa, chemiluminescence immunoassays, immunoblots atau rapid treponemal assays. Menurutnya, tes ini mampu mendeteksi antibodi yang spesifik pada sifilis.
“Apabila tes treponemal digunakan untuk skrining dan hasilnya positif, tes nontreponemal dengan titer harus dilakukan untuk memandu keputusan manajemen pasien,” jelasnya.