Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Bukan Digaruk, Ini Cara Redakan Gatal Anjuran Dermatolog

Bukan digaruk, dermatolog menyarankan kompres air dingin pada kulit yang gatal. Apa lagi yang perlu diperhatikan?

22 November 2023 | 14.56 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Gatal merupakan sensasi tidak nyaman pada kulit. Spesialis dermatologi dan venereologi Amelia Setiawati Soebyanto, menyarankan kompres air dingin pada kulit yang gatal daripada menggaruknya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kita bisa kompres atau masukkan air dingin ke botol kaca kemudian diguling-gulingkan (ke kulit yang gatal). Itu akan mengurangi rasa gatal karena gatal akan tercampur rasa dingin," kata Amelia di Jakarta, Rabu, 22 November 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kemudian, mengenai pendapat sebagian orang mandi air panas bisa mengatasi gatal, ia menuturkan cara itu justru akan menambah rasa gatal. "Banyak yang bilang mandi air panas, langsung hilang gatalnya. Bisa juga, tapi setelah itu lecet kulitnya. Setelahnya rasanya lebih gatal karena kulitnya lecet," tuturnya.

Polusi dikatakan berperan penting mengakibatkan kulit gatal. Polusi dapat masuk ke kulit melalui penumpukan partikel polusi di permukaan kulit dan diserap oleh folikel rambut dan kelenjar keringat. Beberapa di antaranya akan bersirkulasi dalam plasma yang kemudian masuk ke lapisan kulit yang lebih dalam.

Polusi yang masuk ini kemudian menghasilkan radikal bebas yang akan menurunkan kemampuan antioksidan kulit, baik secara enzimatik maupun nonenzimatik (vitamin E, vitamin C, dan glutasi). Lapisan luar kulit yang rusak ini kemudian menyebabkan hilangnya banyak air dari kulit. Akibatnya, kulit relatif lebih kering, mudah mengalami peradangan, dan menimbulkan keluhan kulit gatal.

Keluhan kulit terbanyak
Menurut Amelia, gatal menjadi keluhan kulit terbanyak pada praktik dokter kulit dan kelamin. Apalagi kondisi cuaca dan polusi ekstrem seperti belakangan ini.

"Hal ini karena polusi secara langsung dapat merusak fungsi lapisan kulit yang berpengaruh terhadap kekambuhan beberapa penyakit kulit yang sudah ada sebelumnya, seperti eksim atopik," tutur Amelia.

Eksim atopik merupakan kelainan kulit di mana terdapat gangguan pada lapisan kulit yang diperparah sensitivitas respons imun yang lebih tinggi terhadap bahan iritan. Faktor yang memperberat gejala eksim atopik yaitu adanya perubahan suhu dan kelembapan. Selain eksim atopik yang juga ditandai rasa gatal, beberapa kelainan kulit yang bisa timbul akibat cuaca dan polusi adalah jerawat, psoriasis, dan kelainan pigmentasi kulit seperti flek wajah maupun di tangan.

"Lebih bahayanya lagi polusi juga bisa meningkatkan risiko kanker kulit,” tegasnya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus