Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Healing di Kafe Kucing

Kafe kucing terus bermunculan di berbagai kota dan yang terbaru di Cibinong. Bermain dengan kucing terbukti mengurangi stres.

11 Agustus 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Pertama kali hadir di Jakarta Selatan pada 2015, kini kafe kucing tersebar di banyak kota di Indonesia.

  • Tren yang berasal dari Taiwan ini bisa jadi pilihan bagi pencinta kucing yang tak dapat memelihara si meong di rumah.

  • Bermain dengan kucing selama sepuluh menit terbukti mengurangi stres.

Senyum seperti tak bisa lepas dari wajah Maryam Nisrina Dewi selama bermain dengan kucing di Gemuyu Cat Café, Cibinong, Kabupaten Bogor. Selina, nama British Shorthair betina itu, menghampiri lalu menggesek-gesekkan kepalanya di lengan Maryam. Sementara itu, seekor Scottish Fold tidur-tiduran di sisi kirinya. “Kucing-kucing di sini lucu dan ramah,” kata Maryam kepada Tempo di kafe yang berlokasi di Jalan Sukahati, Cibinong, itu pada Rabu, 9 Agustus 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Maryam, warga Cibinong, sangat menyukai kucing. Namun dia dilarang memelihara hewan berbulu itu karena ibunya alergi. Maka, nongkrong di kafe kucing menjadi pilihan terbaik baginya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Siang itu merupakan kunjungan perdana Maryam di Gemuyu Cat Café. Sebelumnya, mahasiswi Universitas Gadjah Mada ini ingin mengunjungi kafe dengan tema serupa di Yogyakarta. “Tapi di sana harus reservasi dulu. Biaya masuknya juga lumayan mahal, belum termasuk pembelian minum atau makan. Di sini hanya perlu pesan minum atau makan dengan harga yang terjangkau. Dekat rumah pula,” ujarnya.

Gemuyu Cat Cafe di Cibinong, Jawa Barat, 9 Agustus 2023. TEMPO/Ilona Esterina

Kafe kucing merupakan warung kopi dengan barisan kucing sebagai daya tarik utama. Cat cafe pertama kali dibuka di Taiwan pada 1998 dan menarik minat banyak wisatawan dari Jepang. Mereka membawa konsep tersebut ke Jepang, negara yang dikenal sebagai pencinta kucing. Pada 2004, kafe kucing pertama kali buka di Osaka dan menyebar ke seantero Negeri Sakura.

Cat cafe sangat populer di Jepang. Sebab, banyak apartemen melarang penghuni memelihara hewan. Maka, hasrat catlovers Jepang disalurkan di kafe kucing. Penelitian dari Washington State University, Amerika Serikat, menyatakan bermain dengan anjing atau kucing selama sepuluh menit terbukti menurunkan hormon stres kortisol dan meningkatkan emosi positif. Di kafe kucing, mereka memetik manfaat tersebut.

Di Indonesia, kafe kucing pertama kali hadir di Kemang pada Februari 2015. Sejak saat itu, tempat ngopi bertema sama bermunculan dan menyebar di kota-kota lain, meski banyak juga yang tak bertahan. Misalnya, Paw-Paw Cafe di Surakarta dan D'Meow Cafe di Yogyakarta. Gemuyu di Cibinong, yang baru buka pada 16 Juli lalu, menjadi anggota termuda.

#Info Gaya Hidup 3.1.1-Ada di Banyak Kota

Salmanda Rijae, sang pemilik, mengatakan konsep Gemuyu Cat Café adalah adult playground alias tempat bagi orang dewasa bersantai dengan kucing. Mereka menargetkan pencinta kucing sebagai pengunjung, terutama mereka yang tak bisa memelihara kucing karena keterbatasan waktu atau kendala lain.

Idenya berawal dari keinginan Salmanda dan istri membuka kafe dengan tema tertentu. Kebetulan, pasangan itu memiliki cattery alias peternakan kucing di rumah mereka. Saat ini rumah mereka di Cibinong dihuni 24 kucing, terbanyak adalah ras British Shorthair dan Scottish Fold. Jadilah kucing sebagai tema utama kafe mereka. "Kami pilih kucing-kucing yang paling jinak dan terbiasa bersosialisasi dengan orang baru," ujarnya.

Satu perbedaan Gemuyu dari kafe kucing lain adalah bebas aroma. Salmanda memisahkan ruang kafe yang ber-AC dengan tempat kucing buang hajat yang terbuka. Kedua ruangan itu terhubung dengan lubang yang hanya muat dilewati kucing. Selain pelayan, ada dua catboy yang tugasnya semata-mata menjaga dan merawat kucing.

Baca: Ngopi Bareng Si Meong

Kafe bagi Pencinta Anjing

Di tengah menjamurnya kafe kucing, muncul pula kafe yang menawarkan konsep berinteraksi dengan anjing. Di antaranya Dog Ministry di Pluit, Jakarta Utara. Dengan tarif Rp 60 ribu pada hari kerja dan Rp 70 ribu pada akhir pekan—termasuk minuman—pengunjung bisa bermain dengan anjing seharian. 

Monica, Manajer Dog Ministry, mengatakan ada seratusan anjing aneka ras di sana. Kafe yang berdiri sejak 2020 ini terbagi menjadi empat area, yakni ruang bagi pengunjung yang membawa anjing, ruang anjing kecil yang terpisah antara jantan dan betina, serta satu lantai untuk anjing sedang dan besar, seperti Husky, Golden Retriever, dan Alaskan Malamute.

Para guguk di kafe itu terbiasa dekat orang baru. Saat Tempo datang, sekelompok anjing kecil berlarian mengerubungi dan menggesekkan tubuh mereka. Sementara itu, anjing lain menghampiri seorang pengunjung dan duduk di pangkuannya. “Ada pengunjung yang rutin datang khusus untuk berinteraksi hanya dengan satu anjing yang dia rasa dekat,” ujar Monica.

Daniella Calista, salah seorang pengunjung, datang jauh-jauh dari Bekasi. Tangannya tak lepas dari seekor Pomeranian. Karyawan swasta di Bekasi itu mengatakan sangat menyukai anjing ras bertubuh mungil dan berbulu lebat seperti itu, tapi tak bisa memelihara anjing di kamar kosnya. “Ke sini untuk healing melepas stres karena kerjaan,” ujarnya.

Dog Ministry Cafe di Pluit, Jakarta, 10 Agustus 2023. TEMPO/Ilona Esterina

Dampak Psikologis Bermain dengan Kucing dan Anjing

Berinteraksi dengan anjing atau kucing berdampak positif bagi kesehatan. Diena Haryana, psikolog klinis sekaligus pendiri Yayasan Semai Jiwa Amini (Sejiwa), mengatakan manfaat bermain dengan anjing dan kucing tak sebatas melepas stres. "Bisa membantu para penyintas gangguan kesehatan mental," kata Diena kepada Tempo

Seperti predikatnya sebagai sahabat manusia itu, dia melanjutkan, anjing dan kucing selalu mendampingi kita. "Sementara orang dengan gangguan mental mengalami kesepian dan kelelahan," ujarnya. Anjing dan kucing kerap mencari perhatian orang di sekitarnya. Menurut Diena, perangai itu membantu pasien melatih fokus dan membuatnya merasa dibutuhkan sekaligus menghilangkan rasa kesepian.

Diena mengatakan kucing dan anjing menjadi hewan yang paling sering dimanfaatkan dalam terapi karena bereaksi positif saat menghadapi emosi manusia. “Kucing dan anjing punya insting untuk mengetahui mereka dia disukai atau tidak. Saat disukai, mereka akan mendekat dan memberikan energi mereka,” ujarnya. Berinteraksi dengan kucing atau anjing membantu orang melepaskan hormon kortisol atau stres dan menggantinya dengan endorfin atau hormon yang memicu kebahagiaan.  

Namun Diena menyadari banyak kendala yang membuat seseorang tak dapat memelihara anjing atau kucing. Maka, dia melanjutkan, kafe kucing dan anjing bisa jadi jalan keluarnya. Di luar orang dengan gangguan kesehatan mental, cat cafe dan dog cafe bermanfaat bagi kaum pekerja. Berbeda dengan di kafe lain yang pengunjungnya terus berfokus pada ponsel dan laptop, hewan-hewan berbulu di kafe kucing dan anjing membuat perhatian teralih. "Jadi, lebih sedikit memeriksa gadget," katanya.  

ILONA ESTERINA | MENTAL FLOSS
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus