Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Satgas Covid-19 PB IDI, Erlina Burhan menyatakan bahwa Covid-19 dapat menimbulkan gangguan pada sejumlah organ dalam tubuh, salah satunya gangguan ginjal yang bisa terjadi jika pasien pernah mengalami badai sitokin. Lantas, apakah itu badai sitokin yang pernah menghantui ketika Covid-19 melanda?
Saat seorang pasien Covid-19 mengalami badai sitokin, sel imun akan menyerang jaringan dan sel tubuh yang sehat. Tidak hanya sel imun, badai sitokin disinyalir juga mempengaruhi organ tubuh dalam, seperti jantung atau bahkan ginjal.
"Juga bisa kalau terjadi badai sitokin, itu bisa mempengaruhi berbagai organ, bisa ke jantung atau bisa juga ke ginjal, tetapi saya tidak bicara gagal ginjal akut pada anak," kata Erlina, Kamis 3 November 2022.
Ia tak mengatakan kaitanntya dengan penyakit gagal ginjal akut yang belakangan diderita anak-anak saat ini. "Saya enggak bicara anak ya karena ini isu sensitif, ada orang marah-marah gagal ginjal akut ini. Saya bicara tentang Covidnya, enggak ada hubungannya dengan gagal ginjal akut anak," kata dia.
Lebih lanjut, Erlina menjelaskan bahwa pasien Covid-19 dapat mengalami gangguan ginjal karena angiotensin converting enzyme 2 (ACE2). Enzim ACE2 adalah reseptor virus Covid-19 yang berada di berbagai bagian tubuh. Kendati demikian, Erlina tidak ingin menghubungkan Covid-19 dengan penyakit gagal ginjal akut yang banyak diderita anak sekarang lantaran itu merupakan permasalahan para dokter anak.
Baca: Cara Meredam Badai Sitokin yang Banyak Menyerang Pasien Covid-19
Lantas, apakah itu badai sitokin yang pernah menghantui Covid-19?
Mengutip healthline, badai sitokin adalah suatu kondisi ketika tubuh memproduksi terlalu banyak molekul yang disebut sitokin. Molekul-molekul ini meningkatkan peradangan dan dapat merangsang aktivitas sel-sel kekebalan lainnya secara berlebihan. Protein yang semula membantu sistem imun akan memicu sistem imun untuk menyerang saringan dan sel tubuh.
Badai sitokin adalah fenomena yang pertama kali dijelaskan dalam literatur medis pada 1993. Ini adalah respons inflamasi yang tidak terkontrol akibat jumlah protein kecil yang berlebihan yang disebut sitokin. Istilah "badai sitokin" kerap digunakan secara bergantian dengan "sindrom pelepasan sitokin" atau istilah medis "hipersitokinemia."
Sitokin memainkan peran penting dalam mengaktifkan respons imun tubuh seseorang. Beberapa jenis sitokin meningkatkan peradangan dan memberi sinyal bagi sel-sel kekebalan lain untuk berkumpul di bagian tertentu dari tubuh.
Namun, selama badai sitokin, terlalu banyak sitokin yang dilepaskan. Hal ini menyebabkan aktivasi berlebihan dari sel-sel kekebalan lain, seperti sel-T, makrofag, dan sel-sel pembunuh alami. Aktivitas sel-sel ini yang tidak terkendali dapat menyebabkan kerusakan jaringan, disfungsi organ, dan terkadang kematian. Kondisi ini bahkan dianggap sebagai asal mula atas tingginya jumlah kematian pada orang muda selama pandemi flu 1918.
Bagaimana badai sitokin berhubungan dengan Covid-19?
Mengutip jurnal The Lancet Microbe, akhir-akhir semakin banyak jenis infeksi bermunculan, termasuk SARS-CoV-2 sebagai penyebab Covid-19. Ternyata, infeksi Covid-19 tersebut dapat memicu badai sitokin. Pelepasan sitokin adalah bagian penting dari respons sistem kekebalan seseorang terhadap virus dan zat asing lainnya. Namun, ketika terlalu banyak sitokin yang dilepaskan, akan menyebabkan kerusakan organ yang semakin parah. Banyak jenis sitokin yang berbahaya telah dihubungkan dengan Covid-19, yaitu:
- interleukin-1β
- interleukin-6
- IP-10
- interferon-γ
- faktor nekrosis tumor
- protein inflamasi makrofag 1α dan 1β
- faktor pertumbuhan endotel vaskular
Pada sebuah studi otopsi 2020, telah menemukan bukti bahwa banyak kasus Covid-19 yang berakhir dengan kematian disebabkan oleh kegagalan multiorgan, bahkan hanya dengan adanya jumlah jejak SARS-CoV-2. Para peneliti berpikir bahwa ini menunjukkan aktivitas sistem kekebalan yang berlebihan lantaran dapat berperan dalam kegagalan organ tubuh, termasuk ginjal.
Tingkat interleukin-6 lebih tinggi dihubungkan dengan kelangsungan hidup lebih pendek bagi orang yang mengalami Covid-19. Selain itu, beberapa penelitian besar telah menemukan bahwa kadar interleukin yang lebih tinggi dari 80 kilogram per mililiter adalah prediktor terbaik kegagalan pernapasan dan kematian. Badai sitokin pun telah dihubungkan dengan hasil yang buruk pada orang dengan sindrom pernapasan akut parah (SARS). Dengan demikian, badai sitokin yang menyerang pasien Covid-19 dapat merusak organ tubuh seseorang, seperti ginjal, jantung, dan paru-paru.
RACHEL FARAHDIBA R
Baca juga: Waspada Gangguan Ginjal Akut pantau Pola Kencing Anak Secara Berkala
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini