Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badai sitokin terjadi ketika sistem kekebalan tubuh seseorang melepaskan terlalu banyak molekul sitokin. Molekul inilah yang dapat meningkatkan peradangan dan merangsang aktivitas sel kekebalan lainnya secara berlebihan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebenarnya, badai sitokin ini sudah pernah menjadi asal mula pandemi flu pada 1918. Namun, badai sitokin pernah sangat menghantui pasien Covid-19. Nyatanya, badai sitokin memang dapat disebabkan oleh gangguan autoimun, imunoterapi, dan infeksi seperti yang menyebabkan Covid-19.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penyebab Badai Sitokin
Melansir healthline, badai sitokin disebabkan oleh reaksi berlebihan dari sistem kekebalan tubuh seseorang terhadap sesuatu yang dianggap berbahaya. Terkadang, ini bisa terjadi bahkan tanpa adanya zat asing. Badai sitokin dapat berkembang karena salah satu dari beberapa alasan, berikut:
- Sistem kekebalan seseorang merasakan bahaya ketika tidak ada yang berbahaya.
- Reaksi sistem kekebalan lebih besar daripada ancaman zat asing.
- Zat asing lebih merusak dibandingkan yang dapat ditangani oleh sistem kekebalan seseorang sehingga menyebabkan reaksi sistem kekebalan berkepanjangan.
- Sistem kekebalan tidak mati dengan benar setelah menghancurkan suatu ancaman berbahaya.
Selain sebab-sebab tersebut, badai sitokin juga dapat terjadi karena adanya infeksi, tetapi juga dapat dipicu oleh beberapa jenis imunoterapi atau gangguan autoimun. Berikut terdapat kondisi yang terkait dengan badai sitokin karena infeksi berikut ini, yaitu:
- SARS-CoV-2 yang menyebabkan Covid-19.
- Yersinia pestis (wabah).
- Flu burung.
- Demam berdarah.
- Sindrom pernapasan akut parah (SARS).
- Graft versus host (GvHD).
- Sepsis.
- Kondisi autoimun, seperti rheumatoid arthritis atau lupus.
- Imunoterapi, seperti terapi transfer sel T atau terapi antibodi monoklonal.
Baca: Cara Meredam Badai Sitokin yang Banyak Menyerang Pasien Covid-19
Gejala Badai Sitokin
Mengutip jurnal The Lancet Microbe, badai sitokin dapat terjadi di banyak bagian tubuh sehingga menyebabkan berbagai macam gejala, mulai dari yang ringan sampai mengancam nyawa tergantung pada penyakit yang mendasari dan organ yang terkena. Pasalnya, kasus badai sitokin yang serius dapat menyebabkan kegagalan multiorgan. Umumnya, berikut gejala badai sitokin, yaitu demam, panas dingin, diare, kelelahan, pegal-pegal, sakit kepala, kehilangan selera makan, mual, ruam, dan muntah.
Untuk pasien Covid-19, berikut terdapat gejala darurat yang mengalami badai sitokin sehingga perlu perhatian medis secepatnya, yakni:
- Rasa sakit atau tekanan yang terus-menerus di dada.
- Kebingungan yang baru dikembangkan.
- Kesulitan bernapas.
- Ketidakmampuan untuk tetap terjaga.
- Warna abu-abu, pucat, atau biru pada kulit, bibir, atau dasar kuku.
Cara Menangani Badai Sitokin
Cara menangani badai sitokin tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Biasanya, dokter menggunakan obat penghambat sitokin untuk mengurangi kadar sitokin yang memicu peradangan, seperti tocilizumab, anakinra, kortikosteroid, dan baricitinib. Selain obat, seseorang dengan badai sitokin juga akan diberikan perawatan suportif, seperti melakukan terapi oksigen, menggunakan elektrolit, mengonsumsi cairan intravena (IV), melakukan dialisis ginjal, dan mengonsumsi obat jantung
Di sisi lain, peneliti terus menyelidiki cara terbaik untuk menangani badai sitokin terkait dengan Covid-19. Melansir ncbi.nlm.nih.gov, beberapa penelitian telah menemukan hasil yang menjanjikan dari obat yang memblokir sitokin tertentu, seperti interleukin-1 atau interleukin-6.
Selain itu, jenis imunosupresan yang berasal dari tanaman juga sedang diselidiki untuk pengobatan badai sitokin yang disebabkan oleh Covid-19.Peneliti lain percaya bahwa badai sitokin mungkin diperlukan untuk membersihkan virus Covid-19 dan obat-obatan yang menekan sistem kekebalan yang kontraproduktif.
RACHEL FARAHDIBA R
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.