Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Krui - Krui, ibukota Kabupaten Pesisir Barat, Provinsi Lampung, ternyata mempunyai kuliner khas yang membuat orang penasaran. Dikenal sebagai sate tuhuk, tak lain dari sate yang terbuat dari ikan marlin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ikan marlin memang menjadi salah satu jenis ikan yang ada di perairan yang ada di daerah pesisir ini. Bahkan ikon kota ini adalah ikan tuhu atau ikan marlin ini. Patung ikan dengan moncong panjang dan tajam ini dipasang tak jauh dari pasar dan dermaga Krui.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jadi, hidangan dari ikan ini memang tak boleh dilewatkan saat Anda melancong atau mampir di kabupaten yang bisa dicapai 7 jam dari Bandarlampung ini.
Bila sempat singgah pagi-pagi ke Pasar Krui, bila tengah musim ikan marlin, dengan mudah menemukan ikan ini dengan ukuran hingga 40 kilogram. “Harga tergantung dari musimnya, kalau lagi banyak bisa murah juga,” ujar seorang ibu yang tengah berbelanja di sana.
Karena menjadi bahan hidangan yang khas daerah ini, maka ikan marlin pun diolah menjadi berbagai hidangan. Hanya memang yang paling unik adalah sate tuhuk.
Baca Juga:
Ada beberapa rumah makan tak jauh dari Pasar Krui yang menjual hidangan dari ikan ini. Diolah menjadi sop, gulai hingga pindang. Hanya khusus untuk sate tuhuk bisa ditemukan di Rumah Makan Pondok Kuring, tak jauh dari pasar juga.
Jenis ikan ini pas untuk disate karena dagingnya tidak mudah hancur ketika dipotong-potong kecil kemudian juga cukup padat, plus ada rasa manis. Tapi tetap terasa lembut di lidah. Apalagi ikan yang digunakan masih segar.
Ikan pun dibakar hanya sebentar, sekitar 10-15 menit. Per porsi yang terdiri dari 10 tusuk di rumah makan yang berada di Pekon Serai ini, dipatok seharga Rp 30 ribu. Sate ikan marlin ini diberi guyuran kuah kacang. Selain sate tuhuk, di RM Pondok Kuring ini juga tersedia sop tuhuk yang dibanderol Rp 25 ribu per porsi. Keduanya wajib dicicipi bila wisatawan berlibur ke Krui, Pesisir Barat.
RITA NARISWARI