Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Nama Aprilia Manganang sempat menjadi buah bibir menyusul berubahnya status jenis kelamin mantan pebola voli nasional yang juga anggota TNI ini. Pada 9 Maret 2021, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa menyatakan melalui serangkaian pemeriksaan, Aprilia seorang pria.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Aprilia mengalami hipospadia berat di mana lubang kencingnya (uretra) tidak pada lokasi yang normal, tidak di ujung tetapi di pangkal kemaluan. Akademisi dan praktisi klinis sekaligus Dekan FKUI, Ari Fahrial Syam, mengatakan pasien dengan hipospadia berat ini biasanya bentuk alat kelamin pria menjadi tidak jelas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Hipospadia merupakan kelainan bawaan dan jarang terjadi. Kalau melihat jenis kelamin orang dewasa memang kita bisa melihat fenotipnya. Untuk wanita bisa dilihat genetalia luar dan dalam. Pada wanita jelas bentuk kelamin dengan ada klitoris, bibir dalam, bibir luar, dan selaput dara (himen). Selain itu, bentuk payudara juga bisa terlihat dengan jelas seperti layaknya wanita dewasa.
Pada wanita normal tentu akan mengalami menstruasi setiap bulan, juga mempunyai alat kelamin dalam (genetalia interna), mulai dari vagina, mulut rahim (serviks), rahim, saluran telur (tuba falopii), maupun indung telur (ovarium). Anatomi seperti ini pernah dipelajari saat belajar biologi di SMA, yaitu topik sistem reproduksi manusia.
"Oleh karena itu, ketika seseorang wanita sudah berumur 15 tahun dan tidak menstruasi, mestinya ditelusuri lebih lanjut apa yang terjadi. Saya sebagai dokter penyakit dalam ketika ada pasien wanita yang berobat pada usia produktif selalu menanyakan bagaimana menstruasinya karena kadang kala masalah menstruasi ini berhubungan dengan penyakit dalam," ujarnya.
Apabila ada pasien di atas 15 tahun tetapi belum pernah mengalami menstruasi, maka ia akan merujuk ke spesialis obstetri ginekologi. Dokter spesialis obstetri ginekologi tentu akan melakukan pemeriksaan awal dengan melihat langsung alat kelamin luar dan juga pemeriksaan alat kelamin dalam dengan pemeriksaan USG, apakah ada rahim atau indung telur.
Untuk kepastian, dokter juga bisa mengirim pasien ke laboratorium untuk pemeriksaan kromosom mengenai apakah memang pasien tersebut mempunyai kromosom XX untuk wanita, atau XY untuk pria. Pada pemeriksaan kromosom bisa juga ditemukan berbagai variasi kelainan.
Kasus Aprilia Manganang memang harus menjadi pengalaman berharga buat semua orang, terutama untuk kalangan medis, agar kondisi ini bisa terdeteksi sejak awal.