Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Periode Sensitif pada Anak, Ini yang Perlu Dilakukan Orang Tua

Psikolog mengatakan mengamati periode sensitif anak bisa menjadi salah satu cara orang tua agar bisa memberikan stimulasi tepat untuk anak.

7 Juli 2021 | 20.23 WIB

Ilustrasi dua anak perempuan sedang main air. Unsplash/Jelleke Vanooteghem
Perbesar
Ilustrasi dua anak perempuan sedang main air. Unsplash/Jelleke Vanooteghem

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Ada periosde sensitif pada anak yang perlu mendapat perhatian orang tua. Psikolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Pritta Tyas Mangestuti, mengatakan mengamati periode sensitif anak bisa menjadi salah satu cara orang tua agar bisa memberikan stimulasi tepat untuk anak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

"Amati si kecil sedang suka apa (periode sensitif). Misalnya, anak sedang suka mengoceh, mungkin dia periode sensitif bahasa, kenalkan lagu-lagu untuk mestimulasi kemampuan berbahasanya," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Bila anak sedang aktif-aktifnya bergerak, bisa jadi dia berada dalam periode sensitif gerak. Orang tua bisa mengajak anak bermain macam estafet bola dengan mengelompokkan warna atau bermain petak umpet di dalam rumah.

Periode sensitif anak juga bisa jadi sensorial. Cobalah amati, misalnya saat dia memegang cat air, sesuatu yang lengket, basah, apakah dia merasa senang. Bila ya, bisa jadi anak berada dalam periode sensitif sensorial.

Menurut Pritta, jenis stimulasi anak yang bisa diberikan, misalnya memberikan pasir kinetik, mengecat dengan cat air, atau membuat kerajinan DIY. Boneka tangan dapat menjadi pilihan untuk membantu menstimulasi keterampilan anak, khususnya kemampuan sosial. Sambil bermain, orang tua bisa memberikan kesempatan anak mengkreasikan cerita.

Alat ini juga bisa digunakan saat orang tua mengajarkan sesuatu pada anak, misalnya cara menyikat gigi, makan dengan benar, toilet training.

"Ketika gunakan hand puppet, tipsnya tatap mata anak, usahakan posisi duduk sejajar dengan anak, bila perlu sambil lakukan sentuhan fisik. Beri kesempatan anak untuk bercerita. Selipkan pembelajaran sesuai pertumbuhan dan perkembangan anak," tutur Pritta.

Di sisi lain, orang tua juga dapat memanfaatkan boneka tangan untuk melatih kemampuan anak berempati. Sambil menggunakan alat ini, cobalah saling berbagi perasaan atau melakukan pretend play (berpura-pura menjadi).

Orang tua perlu sering-sering mengkomunikasikan apa yang dirasakan pada anak dan memintanya melakukan sesuatu. Cara ini bisa melatih anak memahami apa yang orang lain rasakan dan perlukan.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus