Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Di usia 37 tahun, petenis Serbia Novak Djokovic, masih terlihat perkasa dan selalu siap bersaing dengan lawan-lawan yang jauh lebih muda. Saat ini, pemain nomor dua dunia itu tengah berusaha mendapatkan medali emas Olimpiade pertama di Paris 2004 -- prestasi tinggi yang belum pernah diraih kolektor 24 gelar Grand Slam ini -- setelah sukses melangkah ke semifinal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Djokovic mengaku bukan hanya fisik yang terus ia gembleng untuk terus bertahan menjadi pemain papan atas selama hampir dua dekade. "Melatih otot-otot mental pun sama pentingnya," tuturnya, dikutip dari Hello Magazine.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pemain yang tercatat paling lama bertengger di peringkat satu dunia itu menjelaskan rahasianya agar mentalnya tangguh, termasuk mengatur napas yang membuatnya tetap tenang dalam tekanan.
"Nomor satu adalah belajar bagaimana bernapas dengan penuh kesadaran. Kedengarannya memang aneh karena kita tahu bagaimana harus bernapas, itu otomatis. Tapi bernapas dengan kesadaran dan belajar bagaimana menguasainya itu penting karena akan membantu tidur lebih nyenyak, pemulihan lebih baik, dan terasa lebih hadir di setiap momen," paparnya.
Atlet di Olimpiade Paris 2024 memang harus pandai-pandai mencari trik agar bisa tidur lelap karena mereka dilaporkan tidur di ranjang yang terbuat dari kardus di perkampungan atlet sehingga dianggap tak ideal untuk menunjang penampilan. Karena itulah teknik bernapas seperti yang dilakukan Djokovic dinilai penting untuk menjaga kualitas tidur.
"Tempat tidur berbahan kardus memang ramah lingkungan tapi kurang mendukung istirahat atlet. Istirahat malam yang baik perlu untuk menunjang performa dan kualitas tidur yang terganggu pasti ada konsekuensinya," ujar pakar tidur Martin Seeley.
Berikut dampak kualitas tidur yang buruk bagi atlet, termasuk Novak Djokovic.
Performa menurun
Kurang tidur menyebabkan reaksi yang lebih lambat, akurasi menurun, dan daya tahan tubuh berkurang, yang akan menurunkan penampilan atlet.
Meningkatkan risiko cedera
Kelelahan mempengaruhi koordinasi dan antisipasi, meningkatkan risiko cedera saat latihan atau bertanding.
Sistem imun lemah
Kurang tidur bisa mempengaruhi sistem imun, membuat atlet lebih rentan sakit, yang bisa mengganggu jadwal latihan dan mempengaruhi penampilan.
Gangguan fungsi kognitif
Kurang tidur mempengaruhi konsentrasi, pengambilan keputusan, dan kemampuan mengatasi masalah, yang sangat penting dalam strategi di olahraga.
Gangguan kesehatan mental dan suasana hati
Kurang tidur juga bisa menyebabkan perubahan suasana hati, kecemasan, dan depresi, yang bisa berdampak negatif pada motivasi dan kesehatan mental atlet secara umum.