Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, New York - Seorang pria di Inggris menolak untuk buang air besar atau BAB karena diduga menyembunyikan bukti adanya transaksi narkoba, dilansir dari Live Science. Petugas polisi yang menahan pria pada 17 Januari lalu mengatakan bahwa mereka melihat ia sedang menelan sesuatu yang tampaknya obat-obatan.
Jaksa yang bertugas dalam kasus tersebut,mengungkapkan bahwa sang terduga menolak untuk makan terlalu banyak. Hal ini dianggap untuk mencegah dirinya membuang bukti melalui kotoran yang dikeluarkannya. Diduga ia telah bertahan tanpa BAB selama 43 hari.
Baca juga:
Tren Makan Bunga : 14 Jenis Bunga Ini Bisa Jadi Pilihan
Yoga Cokelat, Buat Anda Lebih Bahagia, Mau Coba?
Mengapa saat Stres Anda Sulit Bernafas? Ini Kata Ahli
Lalu, apa yang terjadi bila Anda menolak untuk buang air besar? Menurut ahli gastroenterologi dari New York University Langone Health, Ian Lustbader, tidak ada hal baik yang terjadi dari menahan BAB
1. Megacolon
Jika mereka makan dan tidak BAB, usus besar bisa menjadi sangat buntu. Kondisi ini disebut “megacolon." Kotoran bisa menjadi keras dan terkena dampaknya, yaitu usus yang bisa pecah. Menurut buku "Pengelolaan Gangguan Gastrointestinal Fungsional pada Anak: Konsep Biopsikososial untuk Latihan Klinis”, usus besar dapat tumbuh sedemikian besar sehingga bisa meluas sampai ke tulang rusuk.
Ada pula sebuah kasus, pada seorang anak usia 13 tahun, dimana ia mengalami apa yang disebut dengan "sindrom retensi feses fungsional", yaitu konidisi dimana tidak mau BAB. Dan dalam kasus tersebut sang anak tidak BAB selama satu tahun. Sindrom ini, yang kebanyakan terjadi pada anak-anak, terjadi saat pasien menjadi ketakutan untuk BAB, kemungkinan karena ada pengalaman tidak menyenangkan saat buang air besar. Pasien mengencangkan otot panggul dan bokong saat berkeinginan untuk BAB. Sejumlah kecil kotoran cair bisa menyelinap melewati massa tinja padat, yang menjadi lebih besar dan lebih berpotensi menimbulkan rasa sakit setelahnya.
Anak-anak dapat mempertahankan tinja mereka selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Gejalanya meliputi rasa sakit, mudah tersinggung dan kehilangan nafsu makan. Pengobatan yang bisa dilakukan meliputi obat pencahar dan pelunak tinja.
2. Merusak mekanisme umpan balik usus besar
Dalam kasus pria di Inggris, menolak makanan tentu akan secara dramatis menunda keinginan untuk BAB, kata Lustbader, tapi itu merupakan solusi sementara. Pada akhirnya, masalah kesehatan yang terjadi adalah kekurangan gizi. Jika pria itu menelan obat-obatan terlarang, Lustbader mengatakan, ia berisiko memiliki kandungan dari kemasan bungkus obat dan meresap ke dalam sistem tubuhnya. Hal ini bisa menyebabkan overdosis.
Di sisi lain, Lustbader melanjutkan, jika jumlah obatnya kecil, tubuh berpotensi menyerap rembesan, dan orang tersebut mungkin berhasil menyembunyikan buktinya. Kecuali pihak berwenang mengetes urinnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menahan kembali dorongan untuk BAB juga berpotensi merusak mekanisme umpan balik yang membuat usus tetap bergerak dengan lancar, kata Lustbader.
"Jika Anda terus-menerus menekan kebutuhan untuk BAB, Anda berisiko mengalami perubahan motilitas usus di masa depan, atau mungkin memerlukan obat pencahar atau hal lain untuk merangsang usus besar Anda untuk bekerja lagi," katanya.
Bahkan tanpa makanan sama sekali, katanya, usus kemungkinan akan menghasilkan sedikit cairan berair. Sehingga, dengan menolak makan atau membuang kotoran tidak akan menghilangkan bukti seutuhnya.
LIVE SCIENCE | ITBNEWS
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini