Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pemerintah gencar membangun infrastruktur digital untuk mengejar ketertinggalan di wilayah terluar, terdepan dan tertinggal (3T) di Indonesia. Menurut data Kementerian Komunikasi dan Informatika sekitar 30 persen desa belum tersentuh layanan digital atau blank spot dari 83.794 desa. Desa-desa tersebut berada di daerah yang sulit dijangkau dan terkendala infrastruktur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tim Info Tempo menyambangi dua daerah yang berhadapan langsung dengan Samudera Indonesia, Kabupaten Rote Ndao dan Kabupaten Aceh Singkil. Kedua kabupaten ini masuk dalam kategori wilayah 3T.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di Rote Ndao, kami mendatangi desa Tebole di Kecamatan Rote Selatan yang berjarak sekitar 37 kilometer dari pusat kota kabupaten, Ba’a. Di desa ini akses internet seret meski di depan kantor desa tertancam peralatan very small aperture terminal (VSAT) yang dibangun BAKTI Kominfo. Aparatur desa harus bolak-balik ke kantor kecamatan dan dinas di kabupaten untuk menyerahkan data dan laporan. Sekitar empat kilometer dari kantor desa, terdapat Titik Nol Selatan Indonesia.
Di Kecamatan Rote Barat, tepatnya di Desa Mbueain juga setali tiga uang dengan Desa Tebole. Akses internet nyaris tak dapat diakses meski VSAT dari BAKTI Kominfo berdiri di depan kantor desa. Bahkan sekitar 200 meter dari kantor desa berdiri menara pemancar (BTS) yang dibangun BAKTI yang kini tidak beroperasi.
Tim Info Tempo juga mendatangi Pos Fatuha Satgas Perbatasan TNI di Desa Alas, Kecamatan Kobalima Timur, Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur. Di pos ini sinyal dari perusahaan telekomunikasi Timor Leste, Telemor, lebih kuat dibandingkan provider perusahaan nasional.
Sedangkan di wilayah selatan Sumatera, Kabupaten Aceh Singkil, Tim Info Tempo mendapati bagaimana perjuangan guru dan tenaga kesehatan memberikan pengajaran dan pelayanan di tengah keterbatasan akses internet. Padahal tak jauh dari sekolah terdapat menara BTS yang dibangun BAKTI Kominfo.
Para guru sampai mengikat ponsel di tiang bambu untuk mendapatkan sinyal. Seorang guru bercerita, meski honor belum dibayar dan kembali ke rumah setiap akhir pekan, dia tetap memperjuangan siswa-siswinya mendapatkan pengajaran.
Di tengah keterbatasan, para kepala desa, guru, dan tenaga kesehatan terus berjuang untuk memberikan yang terbaik untuk Tanah Air. Mereka berharap Indonesia lebih maju dan wilayah mereka segera mendapatkan pemerataan aksesibilitas digital.