Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Letnan Dua (Letda) Infanteri, Entis Sutisna, menunjuk pegunungan di belakang Pos Somografi, Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan Indonesia-Papua Nugini. “Saya dengar dari komandan pos yang sebelumnya, sebelum ada internet di tempat ini para prajurit harus naik ke atas gunung untuk mendapatkan sinyal,” ujar Komandan Pos Kampung Somografi, Distrik Web, Kabupaten Keerom, Papua, kepada Tim Info Tempo, Kamis, 23 November 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Para prajurit penjaga tapal batas negara bersusah-payah jika ingin melepas rindu mengubungi keluarga di kampung halaman. Kala itu, menara base transceiver station (BTS) hanya ada di Distrik Senggi, sekitar 40 kilometer dari Somografi. Sedangkan di balik gunung yang ditunjuk Letda Sutisna merupakan wilayah Papua Nugini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sekretaris Kampung Somografi, Yulianus Pull, mengungkapkan sebelum ada BTS yang dibangun BAKTI Kominfo, warga melakukan hal serupa jika ingin menghubungi kerabat. “Perjalanan naik ke gunung sekitar satu jam. Kalau malam harus membuka tenda,” kata dia.
Masa-masa sulit tersebut berakhir pada 2020. BAKTI Kominfo menancapkan BTS di belakang pos penjagaan. Jaraknya sekitar 50 meter dari Pos TNI. “Kami bersyukur sekali. Sekarang kami tidak pernah mengalami kesulitan. Anak sekolah, keluarga, komunikasi ke dinas, bisa gunakan ini. Puji Tuhan semua sudah ada,” ucap Yulianus.
Internet kini telah menjadi bagian dari keseharian di Somografi. Kampung dengan 500 kepala keluarga ini sebenarnya baru sebagian memiliki ponsel pintar. Pasalnya sambungan kabel listrik dari PLN masih terbatas.
Pemerintah Kabupaten Keerom memberikan solar cell di tiap rumah. Sayangnya, warga belum bisa merawat sehingga mayoritas perangkat tersebut rusak. “Listrik hanya ada di pos jaga. Warga kampung datang ke pos untuk charging ponsel tiap hari,” kata Sutisna sembari menunjuk barisan ponsel yang sedang mengisi daya.
Ia mengaku sangat tertolong dengan kehadiran BTS yang dibangun BAKTI Kominfo di Kampung Somografi. Keberadaan pos di tapal batas ini sangat penting. Selain menjaga dari gangguan keamanan yang dapat saja ditimbulkan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB), wilayah Papua Nugini juga kerap menjadi sumber penyelundupan ganja ke wilayah Indonesia.
Sutisna mengatakan koordinasi dengan pimpinan seperti Pangdam Cendrawasih, komandan korem dan komandan kodim menggunakan Zoom. “Semua komunikasi lancar. Saya mudah mengirim foto dan video untuk laporan. Prajurit juga semakin mudah komunikasi dengan keluarga. Tiap malam mereka bisa video call,” ujar Sutisna dari Batalion Infanteri 310/Kidang Kancana, Kodam III Siliwangi, Jawa Barat.
Pria kelahiran Sumedang ini mengatakan, pos tempatnya bertugas bisa dikatakan aman. “Kalau dibilang aman ya aman. Tapi kami standby dan selalu komunikasi di grup WhatsApp atau lewat Zoom,” ujarnya.
Kendati sudah berdiri BTS, sinyal di Somograf belum stabil. Pada waktu tertentu sinyal mengalami gangguan. "Sore biasanya drop. Tengah malam sinyal kembali kuat. Kami mengirim laporan biasanya malam,” ucap Sutisna.
Sinyal dari BTS BAKTI menggunakan jaringan 4G. Sehingga pada saat pasukan operasi mengecek patok batas, mengandalkan handy talkie. Meski terbatas, Sutisna bersyukur Pos Somografi ada jaringan internet dari BAKTI. " Alhamdulillah, di sini sudah ada internet”.