Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mak Romi, penjual makanan di perbatasan negara Indonesia-Malaysia, Dusun Sempadan, Desa Temajuk, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, ini terpaksa menggunakan provider dari Malaysia. "Banyak warga sini pakai dari Malaysia, kalau yang dari Indonesia susah kami dapat sinyal," kata dia, Jumat, 1 Desember 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menururnya, sinyal provider Indonesia ada di wilayahnya, tapi tidak kuat. "Lama sekali kalau internetan, whatsApp bisa tapi lama juga, telpon tidak bisa, jadi kami pakai saja dari Malaysia karena dapat sinyalnya, bisa sekitar tiga sampai lima kilometer di wilayah Indonesia sini," ujar perempuan berusia 50 tahun ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia pun berharap, pemerintah memperhatikan akses internet di wilayah perbatasan. "Sudah minta berapa kali dibangun tower BTS tapi tidak juga dibangun, akhirnya kami pakai sajahlah provider Malaysia. Tapi kami masih berharap ada sinyal provider yang lebih kuat agar kami pakai yang Indonesia, karena kami kan warga negara Indonesia," ujarnya.
Warga lainnya, Sarah, 19 tahun, juga menggunakan provider Malaysia. "Sudah tiga tahun lalu pakai provider dari Malaysia, karena kalau pakai Indonesia tidak ada harapan (dapat sinyal)," kata Sarah.
Provider Malaysia dipakai Sarah jika dirinya pulang kampung ke Dusun Sempadan, namun jika sudah kembali ke Pontianak, provider Indonesia bisa digunakan. "Setelah menikah tinggal di Pontianak, di sana kuat sinyalnya Indonesia, yang Malaysia tidak sampai sana, jadi kalau pulang ke Pontianak pakai kartu provider Indonesia," ujarnya.
Tak hanya masyarakat di Dusun Sempadan. Wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia di Dusun Aruk, Desa Sebunga, Kecamatan Sajingan Besar, Kabupaten Sambas, juga menggunakan provider Malaysia.
Bahkan, di Badan Nasional Pengelola Perbatasan Republik Indonesia Pos Lintas Batas Negara Aruk mengunakan wifi dari provider yang induk perusahaannya di Malaysia. "Kami menggunakan swasta untuk akses internet wifi, pernah pakai yang Indonesia tapi jaringannya aduh sulit sekali, jadi awal 2018 kami pakai Malaysia karena cuma itu yang masuk sini, kemudian Indonesia, terus balik lagi pakai Malaysia tapi ada kantor cabangnya di Jakarta," kata Staf Sub Bidang Keamanan dan Kebersihan Pos Lintas Batas Negara Aruk Ivan Stefen Nge, saat ditemui di Pos Lintas Batas Negara Aruk.
Stefen menjelaskan, penggunaan akses internet di wilayah imigrasi ini tidak boleh terhambat, sebab ini merupakan akses keluar masuk Indonesia-Malaysia untuk kendaraan dan orang. "Server imigrasi ini kan sudah online semua, kalau aksesnya sulit bagaimana? Fingerprin online, face recognition online. Jadi kami berharap pemerintah punya jaringan bagus," ujarnya.
Provider Indonesia yang digunakan untuk ponsel pun kadang suka terkena roaming. "Jadi kita kalah, sering kena roaming, tahu-tahu pulsa habis paket data habis, jadi memang sinyal Malaysia ya kuat masuk sini, masyarakat juga banyak pakai provider Malaysia," kata Stefen.
Bahkan, dia melanjutkan, roaming membuat pertengkaran keluarga. "Dulu tahun 2014, banyak teman-teman yang tugas disini jadi berantem sama istrinya karena roaming, padahal mereka setengah mati cari sinyal, tapi dicurigain kenapa ponsel mati dan lain sebagainya," kata dia.
Itu sebabnya, banyak petugas dan masyarakat di sekitar PLBN menggunakan dua provider. "Satu Indonesia, satu Malaysia, jadi ketika roaming harus ganti," ujarnya.