Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

iklan

Kendala Internet di Tapal Batas

Sekolah-sekolah di wilayah perbatasan minim akses internet. Siswa belajar di kantor desa sampai Pos Pengamanan Perbatasan TNI. 

10 Desember 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dunia pendidikan nasional telah bertransformasi secara digital. Namun belum semua sekolah dapat menikmati sistem pembelajaran tersebut dengan lancar. Berikut kisah dari sejumlah institusi pendidikan di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, terluar).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lokasi Sekolah Menengah Atas (SMA) 1 Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, sekira lima kilometer dari Pos Gabungan Bersama Long Midang Indonesia-Malaysia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di sebuah sudut sekolah, siswi Kelas XII, Grace dan Olivia, sibuk membaca buku catatan. Di seberang mereka, Marissa juga tampak serius membaca catatan Bahasa Inggris. Satu per satu siswa masuk ke ruang guru. “Kami sedang ujian Bahasa Inggris,” kata Grace. 

Grace menuturkan semua pelajaran di sekolahnya menggunakan buku cetak yang digandakan dari internet. Para guru mengunduh bahan ajar dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi. Hasil unduhan tersebut kemudian digandakan dan dibagian kepada murid. “Semua pelajaran dicatat di buku tulis,” ucapnya. 

Rekan Grace, Olivia, menceritakan akses internet di sekolah sangat terbatas. Pengguaan internet hanya tersedia di ruang guru. “Aksesnya sangat lamban,” tuturnya. 

Untuk mengerjakan tugas dan mencari kunci jawaban pelajaran, Grace, Olivia, Marissa dan Ayu pergi ke kantor desa sepulang sekolah. Di kantor desa tersedia akses internet yang disediakan BAKTI menggunakan very small aperture terminal (VSAP). Lagi-lagi soal kapasitas internet, Grace harus menunggu lama membuka situs pencarian Google. “Bisa satu jam untuk mengakses kunci jawaban mata pelajaran,” ujarnya. 

Akses internet semakin lelet seiring dengan banyaknya siswa dan warga yang memanfaatkan internet di kantor desa. Untuk menyiasati, ketiga pelajar ini datang ke kantor desa pada waktu subuh. “Kami datang sekitar pukul 05.00 dan masih sepi. Akses internetnya cepat. Setelah itu, kami kembali ke rumah dan berangkat ke sekolah,” ungkap Grace. 

Grace punya pengalaman menarik ketika mengunduh video dari situs internet. Sebagai penggemar K-Pop, dia ingin melihat artis pujaannya sedang akting. “Saya download satu video selama tiga hari, karena akses internet lamban sekali,” ucapnya sembari tertawa. 

Kecamatan Krayan berjarak sekitar 220 kilometer dari pusat pemerintahan Kabupaten Nunukan. Sedankan Krayan dengan Kota sekitar 213 kilometer dan ditempuh dengan pesawat ringan sekitar satu jam penerbangan. 

Kepala Sekolah SMA 1 Krayan, Perminus Pilipus, mengakui akses internetnya sangat terbatas. Internet di sekolah biasanya hanya bisa diakses sebanyak empat komputer jinjing atau laptop. “Lebih dari itu, aksesnya semakin pelan sekali,” ujarnya kepada Tim Info Tempo, Kamis, 23 November 2023.

Pengaturan akses internet di sekolah ini menggunakan kupon yang dibagikan kepada guru. Menurut Pilipus, tidak semua guru mendapatkan kupon. “Hanya guru yang berkepentingan untuk bahan ajar dan kuliah online saja,” ucapnya. 

Pilipus mengaku pernah menerima akses internet dari BAKTI menggunakan pemancar yang ditempatkan di belakang ruang kepala sekolah. “Tapi sejak, Februari 2023 aksesnya terputus sampai sekarang. Kami tidak tahu mengapa diputus,” kata Pilipus. 

Untuk memenuhi kebutuhan internet sekolah, dia menyewa VSAT dari provider swasta dengan biaya Rp3,3 juta per bulan. “Tapi aksesnya lamban sekali, tapi kami tidak punya pilihan karena sekolah butuh internet,” tuturnya. 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus