Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kisah Herodes Dalam Perayaan Natal PDI Perjuangan

Pemimpin harus mementingkan rakyat, bukan kekuasaan. Megawati menyerukan kebenaran pasti menang. #InfoTempo

21 Januari 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri bersama Ketua DPR Puan Maharani, Bendahara Umum Dondokambey, Sekjen Hasto Kristiyanto serta jajaran pengurus pusat dan ribuan peserta merayakan Natal bersama di JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis 18 Januari 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh Herodes muncul dalam Perayaan Natal yang digelar Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan di JIExpo Hall B3-C3, Kemayoran, Jakarta, Kamis, 18 Januari 2024. Kisah Herodes, kata Pendeta Gilbert Lumoindong, tidak bisa dipisahkan dari makna Natal. Herodes memulai tugasnya dengan sangat dahsyat dan mengagumkan. Dialah yang menyelesaikan Bait Allah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Betapa kagumnya orang-orang, betapa hormatnya, mereka begitu mencintai Herodes. “Dalam pemilu, 99 persen pasti memilih dia,” kata Gilbert. Tetapi ketika berkuasa, semua agama mengakui bahwa Herodes pemimpin yang bengis. “Mengapa? setelah berkuasa yang ditakutkan adalah keturunannya. Padahal semua tangga naik ada tangga turun. Ada masa naik, ada masa turun,” ujarnya. Kebengisan Herodes muncul setelah bertemu dengan orang Majus yang menceritakan kelahiran seorang raja yang baru berusia dua tahun. Mendengar cerita orang Majus tersebut, Herodes memerintahkan membunuh calon raja yang masih bocah tersebut karena dia tidak ingin kehilangan takhta. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam kisahnya, kata Gilbert, Herodes memiliki kekuasaan yang besar, tapi tidak pernah merasa cukup. Padahal untuk mengikuti kebenaran diperlukan tulus hati, tidak rakus dan serakah. “Kami berdoa, politikus di PDI Perjuangan menjadi orang-orang berbagi dan berbuat sesuatu. Bukan merampas dan mengambil sebanyak-banyaknya dengan memaksa demi kekuatan dan kekayaan sendiri,” ucap Gilbert. 

Menurut dia, orang yang mengikuti kebenaran tidak akan menjadi pengkhianat dan penjilat. Sebagai tokoh agama, Gilbert perlu memberikan warna bagi dunia politik. “Kami tidak terjun ke politik, tapi kami harus memberi warna karena agama tidak boleh menjadi kendaraan politik, tetapi agama harus menerangi politik,” kata dia. Dia berharap, Indonesia kembali kepada Pancasila. Permasalahan bangsa ini karena pemimpin tidak kembali Pancasila. “Kalau semua kembali kepada Pancasila, semua beres.

Karena umat Kristen sudah sepakat menerima Pancasila sebagai dasar kami,” tuturnya. Natal, menurut Gilbert, tidak bisa dipisahkan dengan kebenaran. Kebenaran tidak hanya diketahui tetapi diikuti. “Hari ini kami merayakan kebenaran. Kebenaran menghasilkan harapan, kebenaran pasti menang,” ujarnya. Bendahara Umum DPP PDI Perjuangan sekaligus Ketua Umum Relawan Fathers for Gama Prof. DR. (H.C) Olly Dondokambey, mengatakan renungan Natal Pendeta Gilbert membawa harapan baru. “Tentang kebenaran. Kebenaran sangat mahal, manusia jatuh dalam dosa pada saat manusia diciptakan oleh Tuhan,” kata Olly.

Dia mengatakan terdapat kaitan antara pemilu dan makna Natal yang digelar PDI Perjuangan. Natal Bersama mengusung tema “Kasih Damai Perjuangan” diharapkan tidak ada perseteruan di dalam agenda politik. “Kasih itu harus selalu muncul supaya tidak ada perseteruan di dalam agenda poltik,” tuturnya. Kebaikan, kata Olly, tanpa kasih seperti makan sayur tanpa garam. “Hambar. Itu yang harus dikedepankan,” ucapnya. 

Menurut Olly, Natal merupakan bagian dari amanah bagi semua. Dalam rangka Tuhan mendamaikan manusia yang berdosa sehingga lahir juru selamat bagi umat manusia. “Itu makna Natal,” ujarnya.

 

Satyam Eva Jayate

Ketua Umum PDI Perjuangan Prof. Dr. (HC) Megawati Soekarnoputri mengatakan, dalam sejarah, Raden Wijaya penuh perjuangan pada saat mendirikan Majapahit. “Jangan takut, Jangan lemah. Jujurlah, kebenaran pasti ada, kebenaran pasti menang,” ucapnya mengikuti kata-kata yang pada saat itu dilontarkan kepada Raden Wijaya sebagai penyemangat. Makna Natal pada tahun ini tidak dipisahkan dari tema HUT ke 51 PDI Perjuangan Satyam Eva Jayate, yang berarti kebenaran pasti menang. Megawati mengatakan dahulu banyak orang bijak yang harus terus dilantunkan. “Isinya adalah lantunan dari kebenaran, keadilan, dan kata-kata jujur,” ucapnya. Menurut Presiden RI kelima ini, memiliki kuasa itu enak. “Tapi jangan sampai lupa daratan. Itu cobaan, jangan lupa,” kata dia. 

Pada tahun politik, kata Megawati, meramu pemilu dengan rohani adalah keharusan. Hal itu untuk memberi sebuah jalan penerangan kepada rakyat Indonesia. “Pemilu untuk Anda. Hak Anda yang menentukan untuk memilih pemimpin yang akan datang,” sebut Megawati. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat, Puan Maharani, dalam sambutannya meminta rakyat tidak takut kepada intimidasi, karena kekuasaan tidak langgeng. Setiap warga negara mempunyai hak yang sama di depan hukum. “Sebagai seorang muslim dan juga agama lain, pasti mengatakan kebenaran akan selalu benar. Jangan pernah takut, jangan pernah galau dan gundah. Kami bersatu, bertoleransi, bergotong royong menangkan rakyat dan buktikan, bahwa rakyat yang juara,” ujarnya.

Dia mengutip ajaran kristiani untuk menjadi garam dan terang. “Sebagai garam dan terang, kami tidak perlu merasa gentar dan takut. Apalagi menyuarakan hati kami untuk memenangkan hati rakyat,” kata Puan. Adapun Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, mengatakan partai akan berpihak kepada “wong cilik”. 

Kelahiran Yesus Kristus, memberikan semangat, bahwa Allah menyelamatkan manusia dimulai dari sosok bayi. “Kami semua bergerak dalam cahaya terang itu,” ujarnya. Ketua Panitia Natal, Sukur H Nababan, bersyukur kekompakan seluruh calon legislatif dari PDI Perjuangan yang bergotong royong membawa jemaat untuk berdoa bersama bagi kemenangan Ganjar-Mahfud. “Bersatu untuk Indonesia yang lebih baik dan untuk kemenangan Ganjar,” kata dia. 

PDI Perjuangan menggelar acara tahunan Perayaan Natal dengan tema “Natal Kasih Damai Perjuangan” yang dihadiri ribuan umat Kristiani. Acara tahun ini terselenggara berkat kolaborasi dengan Relawan Damai Sejahtera (REDS) for Ganjar dan Relawan Fathers for Gama. Hadir dalam perayaan ini Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Indonesia, I Gusti Ayu Bintang Darmawati, Ketua Umum REDS for Ganjar, Wibisono Handoko dan para anggota parlemen dari PDI Perjuangan.

Acara semakin meriah dengan adanya nyanyian-nyanyian pujian yang menambah semangat dan keimanan para peserta yang hadir. “Tiap tahun, saya mengikuti perayaan Natal yang diselenggarakan PDI Perjuangan,” kata Helen salah satu peserta asal Tebet, Jakarta.

Sedangkan Merry Simanjuntak, peserta dari Jakarta Timur, memaknai Natal sebagai kedamaian. Dia mengatakan PDI Perjuangan adalah satu-satunya partai yang konsisten memperjuangan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Iklan

Iklan

Artikel iklan

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus