Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pemerintah terus memacu pengembangan ekosistem kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) untuk mencapai target net zero emission (NZE) pada 2060. Untuk mencapainya dibutuhkan dukungan insentif fiskal dan nonfiskal, riset agar komponen EV dapat menjadi produk domestik dengan harga kompetitif dan pembiayaan baik dan nonbank.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menteri Perindustrian Republik Indonesia Agus Gumiwang Kartasasmita, mengatakan Indonesia sedang memacu penggunaan teknologi zero emission, khususnya kendaraan listrik menuju green mobility. "Ini searah dengan target net zero emission pada 2060 sesuai dengan komitmen Indonesia dalam COP26 (perubahan iklim)," ujarnya dalam Tempo Energy Day hari ketiga sesi II bertajuk Membangun Ekosistem Kendaraan Listrik, Jumat, 21 Oktober 2022.
Agus menjelaskan saat ini terdapat empat perusahaan bus listrik, tiga perusahaan mobil listrik, serta 35 perusahaan roda dua dan roda tiga listrik dengan total investasi Rp 1,872 triliun. "Kapasitas produksi mencapai 2.480 unit bus, 14.000 unit mobil listrik dan 1,04 juta unit untuk kendaraan roda dua atau roda tiga listrik," ujarnya.
Dia mengungkapkan sejumlah investor dan industri otomotif datang ke Indonesia menyatakan keseriusannya mengembangkan ekosistem kendaraan listrik dan baterai EV. Melihat hal tersebut, Agus optimistis pembangunan ekosistem kendaraan lingkungan dapat terwujud di Tanah Air.
Namun, Agus mengakui masih ada sejumlah tantangan mempercepat pembangunan ekosistem dan popularisasi penggunaan kendaraan listrik nasional. “Di antaranya, ketersediaan jaringan charging station, substation, harga kendaraan listrik yang mahal, kapasitas baterai yang mempengaruhi jarak tempuh serta kompetensi sumber daya manusia pada industri ini,” tuturnya.
Karena itu, Agus melanjutkan, pemerintah bersama dengan seluruh pemangku kepentingan terus memacu inovasi dan pengembangan SDM untuk mencapai target tersebut.
Pelaksana tugas Kepala Pusat Kebijakan APBN Kementerian Keuangan, Wahyu Utomo, mengatakan ada empat hal yang diperhatikan dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik. Pertama, momitmen Indonesia untuk menuju net zero emission dan mewujudkan ekonomi hijau.
Kedua, bauran energi saat ini masih didominasi oleh energi fosil. Ketiga, PLN saat ini mengalami over supply, artinya terjadi kelebihan kapasitas. Keempat, subsidi energi saat ini sangat tinggi dan akan menghambat pengembangan energi baru terbarukan.
Wahyu menuturkan pemerintah mendukung dari sisi fiskal pengembangan kendaraan listrik. “Insentif seperti PPNBM dan bea masuk nol persen. Namun demikian dalam mendukung berbagai insentif, kami akan selaraskan dengan roadmap yang ditetapkan Kementerian Perindustrian," ujarnya.
Adapun, Executive Vice President Pemasaran dan Pengembangan Produk PT PLN, Hikmat Drajat, menyatakan dukungan pasokan listrik dalam pengembangan kendaraan listrik. "Tidak perlu ada kekhawatiran di seluruh sistem kelistrikan di Indonesia di Jawa, Bali, Sumatera, Sulawesi dan lainnya,” tuturnya.
Dia menjelaskan PLN sudah membangun stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU). "Kami sudah membangun 150 unit SPKLU dengan berbagai daya kapasitas charging,” kata Wahyu.
PLN juga menyediakan 66 ultrafast charging di Bali untuk mendukung perhelatan G20. “Ultrafast charging dengan kapasitas 200 kilowatt,” ujarnya.
Penggunaan kendaraan listrik untuk transportasi umum diterapkan Provinsi DKI Jakarta dengan mengoperasikan bus listrik. Direktur Operasi dan Keselamatan PT Transjakarta, Yoga Adiwinarto, komitmen pengguaan bus listrik secara bertahap sejak tiga tahun lalu.
“Pada 2025 pengguaan bus listrik sebanyak 50 persen dan menjadi 100 persen pada 2030,” kata Yoga.
Pemerintah DKI Jakarta, kata Yoga, berkomitmen nol persen emisi karbon pada 2050. "Kami memulai dengan pengoperasian 30 bus listrik. Pengoperasian bus ini masih sebagai feeder dan bukan di jalur TransJakartanya.”
Direktur Utama PT Wika Industri Manufaktur M. Samyarto, mengatakan Wika menjadi pelopor motor listrik di Indonesia. Perencanaan pengembangan kendaraan listrik dilakukan sejak 2017. "Targetnya sekitar 21, juta kendaraan listrik sesuai rencana umum energi nasional dari pemerintah,” kata dia.
Wika pertama kali melakukan penjualan kendaraan listrik pada Desember 2019. Tren penjualan mengalami pertumbuhan tiap tahun. "Kapasitas terpasang produksi saat ini sekitar 200 unit per hari atau sekitar 46 ribu kendaraan listrik,” kata Samyarto.
Logo Sponsor