Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Prajurit TNI Angkatan Darat Sersan Kepala Sukri, berjaga di pos Dalduk Perbatasan Indonesia di Desa Sungai Bening, Kecamatan Sajingan Besar, Kabupaten Sambas. Pos ini berada 6 kilometer dari batas wilayah Indonesia-Malaysia. "Karena kalau pas di titik batas itu ada di tengah hutan, jadi kami berjaga di sini," kata Sukri anggota Batalyon Artileri Medan 16 atau Yon Armed 16 Sektor Barat Satgas Pamtas Kalimantan Barat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sukri dan seorang rekannya harus terjaga selama 2x24. Sebab, perbatasan yang dijaga mereka sering digunakan sebagai jalan 'tikus' untuk menyusup masuk. "Di sini indikasi penyelundupan narkoba masih banyak, human trafficking. Walaupun belum pernah kami temukan, tapi kami harus siaga, karena tidak menuntup kemungkinan, jadi kami antisipasi terus," ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sukri pun dibekali handy talkie (HT) TD Tech yang harus terhubung internet 24 jam. "Ini untuk komunikasi, biasa telpon juga dan harus sambung ke wifi 24 jam. Ini ada yg komunikasi di jajaran satgas pamtas dan juga jajaran korem, tapi untuk sekarang lebih ke satgas pamtas," kata dia.
Itu sebabnya, koneksi internet jadi kebutuhan wajib saat dirinya berjaga. "Akses internet di sini harus beli voucher, ada yang jual voucher sinyal. Jadi kami pakai koneksi internet swasta dan Bumdes. Beli vouchernya swadaya dari anggota di sini, uang pribadi, karena kalau tidak ada internet, terputus nanti informasi ke atasan, jajaran dan keluarga.
Karena itu, Sukri berharap ada tower jaringan internet besar yang dipasang di wilayah Desa Sungai Bening. "Ini buat kemajuan wilayah ini juga, karena mata pencaharian warga tidak nentu, ada yang berburu, ada petani yang musiman seperti durian. Pada saat musim panen mereka banyak hasil jadi untuk ke depan bagusnya tower membantu masyarakat, agar tidak selalu masyasrakat mengeluarkan voucher itu, jadi ada pemerataan. Kalau ada yang tidak mampu beli internet voucher yaa tidak bisa komunikasi," kata Sukri.
Anggota TNI AD yang berjaga di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia lainnya pun juga harus mengeluarkan uang pribadinya untuk membeli internet wifi. Yakni Prajurit Satu Aris, yang berjaga di Pos Temajuk, Satgas Pamtas Indonesia-Malaysia Yonarmed 16/Komposit.
"Internet dari wifi pakai voucher, kalau pake sinyal dari tower tidak bisa. Jadi untuk komunikasi bagus pakai wifi, anggarannya kami beli sendiri karena kami di perbatasan sudah digaji juga oleh negara," kata Aris.
Namun, Aris tak dibekali HT. Aris pun berjaga bersama Tentara Diraja Malaysia (TDM). Tak hanya di pos batas, mereka pun menggelar patroli bersama untuk mengecek patok batas perbatasan Indonesia-Malaysia. "Total anggota 11 TNI dan 8 TDM, tidak hanya di pos batas, kami juga patroli ke dalam dari Temajuk hingga Tanjung Datuk. Kemarin kami patroli dari sana (Tanjung Datuk) jam 7 pagi sampai sini jam 8 malam, jalan kaki," ujarnya.
Karena kawasan hutan hanya bisa dilalui dengan jalan kaki, belum lama ini Aris mendapati warga Malaysia yang menyelundupkan 16 kilogram sabu. "Kami sempat cutiga, lalu kami lakukan pemeriksaan pas diperiksa membawa 16 kg sabu, ternyata barang ini akan diberikan kepada dua orang warga Indonesia, kemudian kami serahkan ke Pomdan dam BNN untuk diproses hukum," kata Aris.
Namun, satu hal yang Aris khawatirkan. Jika hujan melanda, akses internet wifi dan sinyal di pos pamtas itu terputus. "Bingung komunikasinya, sementara tentara Malaysia aman saja tidak ada gangguan internet, malah bisa di akses meski masuk dalam wilayah Indonesia". Ia pun berharap ada jaringan internet yang kokoh agar tetap bisa terkoneksi meski hujan.