Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sersan Dua (Serda) Eben Koly punya cerita menarik selama bertugas di Pos Pengamanan TNI Perbatasan Indonesia-Timor Leste di Fatuha, Desa Alas, Kecamatan Kobalima Timur, Kabupaten Malaka. Sinyal telekomunikasi di markasnya lebih kuat milik provider tetangga dibandingkan dari Indonesia. “Di Fatuha kadang roaming,” ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Padahal jarak titik perbatasan Indonesia-Timor Leste sekitar dua kilometer dari markas. “Sinyal Telemor dari Timor Leste lebih kuat,” kata Eben, Jumat, 8 Desember 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tim Info Tempo mencoba mengaktifkan telepon seluler dengan provider lokal. Tidak lama kemudian muncul notifikasi untuk mengidupkan roaming untuk koneksi data.
Padahal, akses internet sangat penting untuk melakukan koordinasi dengan jajaran atas seperti markas satgas, korem dan kodam. Laporan kegiatan pengamanan perbatasan, kata Eben, harus dilaporkan setiap hari. “Kalau hujan, tidak ada sinyal,” ujarnya.
Apalagi aliran listrik di wilayah tempatnya bertugas sering padam. Dalam satu hari bisa dua sampai tiga kali padam. “Listrik padam, otomatis jaringan sinyal juga hilang,” kata Eben yang menjabat Wakil Komandan Pos dari Batalion Infanteri 742/Satya Wira Yudha.
Beruntung di markas pos terdapat panel surya yang dipasang Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. “Lampu tetap menyala, markas tetap terang,” ujar Eben.
Dia menuturkan pasukan yang dipimpinnya rutin melakukan pengecekan patok perbatasan. Biasanya pengecekan dilakukan selama tiga hari. Hasil pencekan patok langsung dilaporkan ke markas satgas. “Kalau tidak ada internet, kami langsung melapor ke markas satgas,” tuturnya.
Eben berharap adanya perbaikan dan penambahan kapasitas internet di wilayah perbatasan. “Agar kami dapat berkomunikasi dengan pimpinan dan keluarga,” ucapnya.