Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
INFO TEKNO - Anda pernah mengamati bagaimana gaya hidup masyarakat perkotaan masa kini? Ya, mereka tidak bisa lepas dari telepon seluler pintarnya. Mau pergi ke satu tempat, membeli makanan, membeli obat, transfer uang, hingga membeli tiket pun dilakukan dari layar ponsel.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Beberapa ahli menyebut era ini sebagai era disruption. Berasal dari kata disruptive atau merusak ‘tatanan’ bisnis saja, era ini menunjukkan fundamental bisnis berubah. Struktur permodalan, struktur organisasi, sampai budaya perusahaan pun berubah. Dalam buku Disruption, pakar manajemen Universitas Indonesia (UI) sekaligus Pendiri Rumah Perubahan Rhenald Kasali menyatakan terjadi perubahan cara-cara berbisnis yang dulu sangat menekankan kepemilikan (owning) menjadi berbagi (sharing) sumber daya. Pola seperti transportasi online adalah contoh nyata, bagaimana perusahaan taksi konvensional pasarnya tiba-tiba tergerus.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di satu sisi, bila tidak beradaptasi terhadap perubahan ini, perusahaan konvensional sulit melawan gelombang yang diciptakan perusahaan disruptive ini. Bayangkan, bagaimana tanpa punya armada baik mobil atau motor, sebuah perusahaan berbasis aplikasi bisa mengelola ratusan ribu hingga jutaan armada di berbagai kota dengan platform online. Pada saat yang sama, konsumen juga diuntungkan. Mereka bisa dengan mudah memesan, dijemput di mulut jalan, bahkan diantar sampai depan tempat tujuan. Harganya pun terjangkau dan bisa diketahui lebih dulu berapa harganya. Sebuah solusi yang sulit dibayangkan bila sekadar mengandalkan kemampuan konvensional.
Model bisnis seperti ini bisa hadir berkat platform ponsel yang kini menjelma layaknya komputer. Tidak sekadar bisa dipakai sebagai alat komunikasi, kini aplikasi komputer ibarat titik-titik yang dapat dikumpulkan orang-orang kreatif yang berhasil menciptakan perubahan mendasar. Ambil contoh Go-Jek yang kini menjelma jadi raksasa transportasi. Tak hanya itu pada saat bersamaan uang elektronik pun menjadi semakin populer ketika mereka mengenalkan uang elektronik untuk berbagai pembayaran. Rumah makan, restoran, warung, hingga penjual makanan, ikut menikmati meluasnya layanan transportasi online. Omzet mereka semakin bertambah karena semakin banyak orang yang bisa memesan langsung dari genggaman.
Di sisi lain, dukungan operator telekomunikasi yang menawarkan data dengan harga terjangkau dan kemampuan akses internet semakin cepat juga mendukung layanan disruptive itu berlangsung. Tanpa ada dukungan dari operator seluler seperti yang dilakukan Indosat Ooredoo dengan paket data rollover, rasanya mustahil bagi layanan bisnis disruptive bisa meluas. Menikmati semua layanan dari genggaman tangan sulit terjadi ketika operator seluler tidak menyediakan aksesnya. (*)