Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penggunaan listrik untuk kegiatan pertanian dan perkebunan (electrifying agriculture) memberikan keuntungan yang besar bagi penggunanya. Keuntungan yang dirasakan antara lain lebih hemat dan bersih dibandingkan dengan menggunakan sumber energi lain.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Keuntungan tersebut dirasakan oleh Kelompok Tani Inovatif Tebu Serumpun, yang mengolah tebu menjadi gula merah setelah beralih dari mesin produksi konvensional ke mesin berbasis listrik. Mereka merupakan penerima bantuan Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PT PLN (Persero) berupa tiga buah mesin elektro motor untuk 3 lokasi penggilingan tebu. Sebelumnya, kelompok tersebut menggunakan mesin diesel.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
General Manager PLN Unit Induk Wilayah (UIW) Sumatera Barat, Toni Wahyu Wibowo, mengatakan bantuan TJSL berupa mesin elektro listrik untuk mendukung ekonomi masyarakat melalui electrifying agriculture.
“PLN siap tumbuh bersama masyarakat dan mendukung penggunaan teknologi oleh masyarakat. Sekarang masyarakat bisa membuktikan sendiri bahwa dengan didukung energi listrik PLN, masyarakat dapat jauh lebih untung dibandingkan dengan menggunaan energi BBM,’’ kata Toni.
Toni menuturkan, PLN terus mensosialisasikan electrifying agriculture dengan peralihan mesin diesel ke mesin listrik di Kecamatan Matur dan sekitarnya. “Berdasarkan data survei kami, ada sekitar 200 pabrik penggilingan tebu di daerah ini yang masih menggunakan mesin konvesional,” tuturnya.
PLN, kata Toni, akan terus mengkomunikasikan secara masif peralihan menggunakan mesin bermotor listrik. “Agar penggilingan tebu menjadi lebih modern dan efisien," ucapnya.
Penerima bantuan mesin, Syafri Jamal, mengatakan, pabrik dapat menghemat biaya operasional hingga sekitar 60 persen dengan memanfaatkan mesin elektro motor. Sebelumnya, dia merogoh kocek untuk pembelian BBM solar sebanyak 35 liter per minggu atau sekitar Rp 245 ribu. Kini, Syafri hanya mengeluarkan biaya Rp 100 ribu per minggu untuk pembelian token listrik.
"Dengan mesin baru ini efisiensi yang kami dapatkan cukup besar. Sebelumnya kami harus membeli BBM solar rata-rata Rp 980 ribu untuk penggunaan mesin diesel dompel selama satu bulan,” ujarnya. “Sekarang dengan mesin baru hanya perlu beli token sekitar Rp 400 ribu.”
Pabrik yang mengolah 12 ton tebu menjadi gula merah tebu setiap minggunya ini telah memasarkan produknya ke berbagai wilayah di Sumbar, Riau, Jambi, Palembang, dan Medan. Selain lebih efisien, Syafri mengatakan, penggunaan mesin tersebut menjadikan operasional pabrik lebih efektif.
“Lingkungan pabrik juga jadi tidak berisik, sehingga komunikasi dengan anggota pabrik lebih maksimal. Kemudian tidak ada lagi pembuangan solar yang berpotensi mengotori lingkungan. Kualitas produk juga jadi lebih baik,’’ kata Syafri.
Di sisi lain, program electrifying agriculture mendapat dukungan dari perbankan. Kepala Seksi Pemasaran Bank Nagari Cabang Bukittinggi, Yustinar memastikan akan memfasilitasi petani-petani yang ingin beralih ke mesin listrik dengan pinjaman berbunga rendah untuk pembelian mesin.
“Setuju dengan PLN, kami juga mendukung electrifying lifestyle untuk membuat petani-petani tebu semakin maju. Bapak/ibu yang ingin melakukan pembelian mesin elektro listrik dan terkendala modal awal, Bank Nagari siap membantu," lanjut Yustinar.