Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
INFO NASIONAL - Saat Ramadan ini, berbagai upaya dilakukan perusahaan terafiliasi Israel untuk menarik simpati masyarakat demi menghindari boikot. Salah satunya dengan melakukan pendekatan ke masyarakat muslim.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mereka mengadakan acara di masjid selama Ramadan untuk menarik simpati masyarakat agar tidak diboikot dan menaikkan kembali pendapatan mereka. “Saya melihat banyak perusahaan terafiliasi Israel yang seolah-olah mendukung Palestina. Mereka bahkan menggandeng masjid-masjid lalu mengadakan acara di sana untuk menarik simpati kembali masyarakat,” kata Ketua Gerakan Kebangkitan Produk Nasional, Fuad Adnan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Fuad menghimbau kepada masyarakat muslim untuk tidak terpengaruh kamuflase perusahaan pendukung zionis dan tetap memboikot. Menurut dia, aksi boikot adalah salah satu bentuk amar ma’ruf nahi munkar yang bisa kita lakukan di Ramadan ini. “Karena walaupun saat ini telah ada gencatan senjata tapi penembakan masih terus terjadi,” ujarnya.
Fuad mengingatkan masyarakat agar berhati-hati terhadap aksi Palestine Washing yang dilakukan perusahaan pendukung zionis. Palestine Washing adalah upaya pembelaan diri dari merek global yang terafiliasi Israel dengan berpura-pura menaruh simpati kepada bangsa Palestina. Caranya dengan berdonasi, mengiklankan dukungan, atau melakukan hal serupa untuk menunjukkan simpati palsu pada isu Palestina.
Mengantisipasi hal tersebut, Ketua Umum DPP Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI), Nanang Mubarok merujuk Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 83 Tahun 2023 tentang Hukum Dukungan terhadap Perjuangan Palestina, yang salah satu isinya, yaitu arahan untuk memboikot produk terafiliasi Israel dan mendukung produk nasional.
Nanang mengatakan, boikot perusahaan terafiliasi Israel telah bergerak sejak Fatwa MUI tersebut terbit. Dia juga menegaskan pentingnya dukungan terhadap Palestina bukan sekadar imbauan, melainkan panduan moral yang mengikat.
“Setiap rupiah yang mengalir ke perusahaan-perusahaan pendukung Israel pada akhirnya ikut membiayai kekerasan terhadap warga Palestina. Ketika kita membeli produk mereka, secara tidak langsung kita membiayai penindasan terhadap saudara-saudara kita di Palestina," ujar Nanang. “Ini bukan lagi soal preferensi konsumen, tetapi soal sikap kemanusiaan.”
Lebih dari sekadar tren, boikot ini mencerminkan perubahan pola konsumsi yang lebih sadar dan berprinsip. Para aktivis pro-Palestina pun mendesak agar aksi boikot diperluas ke sektor lain, termasuk investasi dan teknologi, agar dampaknya semakin terasa.
Konsumen Indonesia memiliki kekuatan untuk memberikan tekanan ekonomi yang nyata. Setiap keputusan untuk tidak membeli produk terafiliasi Israel adalah suara perlawanan yang tidak bisa diabaikan. (*)