Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pertumbuhan signifikan terjadi di bidang ekonomi syariah selama beberapa tahun terakhir. Dalam sektor keuangan, misalnya perbankan syariah dan pasar modal syariah terus bermunculan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sementara itu, dalam sektor riil, industri halal juga terus mengalami pertumbuhan. Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk, Hery Gunardi, mengatakan bahwa Indonesia memiliki modal dan peluang yang besar dalam sektor industri halal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebab, Indonesia memiliki jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia, mencapai 229 juta penduduk. "Buktinya, nilai industri halal kita mencapai 2.937 triliun rupiah,” kata Hery, dalam webinar nasional bertajuk Perkembangan Industri Halal dan Peran Perbankan Syariah, yang diselenggarakan oleh PT Bank Syariah Indonesia Tbk dan Tempo Group, Jum’at, 9 Desember 2021.
Menurutnya, bermodalkan besarnya jumlah penduduk muslim di Indonesia, sudah sepantasnya Indonesia mengambil peran dalam mengembangkan industri halal. Karena itu, jangan sampai hanya menjadi penonton saja.
Hery mencontohkan Thailand, sebagai negara yang tidak memiliki jumlah penduduk muslim sebesar Indonesia, sudah memiliki pusat kuliner halal. Selain Thailand, Korea Selatan kini juga memiliki pusat kosmetik halal di negaranya.
Tidak hanya mendongkrak usaha di sektor riil. Namun, menurut Hery, perlu adanya sinergi dengan sektor keuangan syariah, dalam hal ini perbankan syariah. “Saat ini, belum terjadi koneksi antara kedua sektor tersebut, yang seharusnya saling mendukung,” ujar Hery.
Adapun, Direktur Eksekutif Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) Ventje Rahardjo, mengatakan, industri halal secara global sedang berkembang pesat. Dalam Global Halal Trade, sebanyak 1,9 juta penduduk muslim di dunia melakukan pengeluaran untuk produk halal mencapai lebih dari 2 triliun USD. “Ini merupakan tanda bahwa potensi konsumsi dalam sektor industri halal sangat tinggi, kata Ventje
Menurut Ventje, Indonesia sedang mendorong percepatan perkembangan industri halal. Saat ini, Indonesia sudah mempunyai tiga kawasan industri halal, yaitu di kawasan Cikande, Sidoarjo, dan Bintan. "Ada sebelas wilayah yang berpotensi menjadi kawasan industri halal dalam tahap perencanaan".
Potensi industri halal di Indonesia bukan isapan jempol belaka. Nilai ekspor produk halal, Ventje melanjutkan, mencapai USD 6 miliar.
Produk halal yang menjadi unggulan Indonesia, yaitu bidang makanan dan minuman halal, kosmetik dan obat-obatan halal, dan fesyen muslim. Selain itu, Indonesia juga sudah mempunyai tiga lembaga yang sudah terakreditasi dan tergabung dalam Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH).
Karena itu, dalam upaya mendukung perkembangan ekonomi syariah, Presiden Joko Widodo meluncurkan Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia (MEKSI) 2019-2024. Tujuannya, agar terjadi sinergi antara pemangku kepentingan, yaitu pemerintah, pelaku usaha, akademisi dan masyarakat luas dalam membangun ekonomi syariah dan industri halal.
"Ini adalah upaya dalam menjadikan Indonesia sebagai pusat industri halal dan pemimpin ekonomi syariah global,” ujar Ventje.
Selain Hery dan Ventje, turut hadir Adie Rochmanto Pandiangan, Direktur Perwilayahan Industri Kementerian Perindustrian. Menurutnya, untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat ekonomi syariah dunia, perlu ada percepatan di bidang kawasan industri halal. Namun, hal tersebut tidak cukup, apabila ekosistem halalnya tidak terbangun.
Salah satu upaya membentuk ekosistem halal adalah mengintegrasikan pembiayaan syariah dalam membangun kawasan industri halal. “Inilah yang juga menjadi tantangan bagi perbankan syariah,” ujar Adie.
Sementara itu, Jodi Andre Suryokusumo, Direktur Keuangan PT Mustika Ratu Tbk, mengakui bahwa Indonesia memang mempunyai potensi besar dalam sektor industri halal dan keuangan syariah. Namun, ada dua tantangan yang harus dihadapi.
Pertama, belum adanya sertifikasi halal yang berlaku secara global. Sehingga, sertifikasi halal di suatu negara, belum tentu berlaku di negara lain. Kedua, banyak potensi industri halal yang belum dioptimalkan, misalnya belum fokus pada peningkatan ekspor produk halal.
“Padahal, banyak negara non-muslim contohnya Jepang dan Thailand sudah mengembangkan industri halal,” ujar Jodi.