Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Pembaca

Soal Polisi Pengawal Mobil Pribadi

Surat pembaca.

4 Desember 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Surat - MBM

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Pembaca meminta Surat dari Redaksi majalah Tempo dihidupkan tiap pekan.

  • Soal polisi lalu lintas yang mengawal mobil pribadi. Apakah adil?

  • Keluhan nasabah AJB Bumiputera yang kecewa dengan penanganan OJK

Rubrik Surat dari Redaksi

KANGEN saya akan rubrik Surat dari Redaksi. Pada 1990-an, setiap terbit, redaksi Tempo selalu menyalami pembacanya dengan menulis di Surat dari Redaksi. Di samping itu, mereka rutin setiap pekan menyajikan rubrik Kontak Pembaca (yang sekarang bernama Surat) dengan berbagai macam keluhan, unek-unek, tanggapan atas berita, dan sebagainya dari pembaca setia Tempo.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ada juga rubrik Komentar yang tidak kalah menariknya dengan rubrik Kontak Pembaca.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kontak Pembaca dan Komentar enak dibaca dan perlu untuk menambah pengetahuan pembaca Tempo dari tulisan pembaca setia Tempo.

Dulu Surat dari Redaksi selalu saya tunggu karena sepertinya ada rasa dialogis antara pembaca setia Tempo (khususnya saya) dan redaksi serta pengelola Tempo. Saat itu saya seperti bersaudara dengan Tempo, tidak hanya merasa sebagai pembaca.

Saya ingin Tempo saat ini juga menghadirkan Surat dari Redaksi setiap terbit agar saya dan pembaca Tempo lain merasa tidak sendirian cuma membaca, tapi juga merasa cinta terhadap Tempo berbalas.

Hakulyakin pingin rasanya saya dengan Tempo bisa merasa saling memiliki seperti dulu lagi. Ayo tulis Surat dari redaksi tiap terbit dengan gaya khasmu yang jujur, jernih, dan jenaka pun bisa.

Muhisom Setiaki
Temanggung, Jawa Tengah

TERIMA kasih Pak Muhisom. Surat dari Redaksi tetap ada, tapi kami hadirkan jika ada hal-hal penting yang diketahui pembaca mengenai regulasi atau sikap keredaksian Tempo yang berhubungan dengan pembaca. Hanya, kami tak bisa menghadirkannya setiap pekan agar pembaca tidak bosan. Sikap redaksi atas pelbagai masalah sudah terwakili dalam rubrik Opini atau editorial. Terima kasih atas kesetiaan Anda membaca Tempo. Sehat selalu untuk Anda.


Polisi Pengawal Mobil

SETIAP kali saya ke daerah Puncak, Bogor, Jawa Barat, pada akhir pekan, selalu saja ada kemacetan parah dari Cipayung sampai Megamendung dan setelah itu di Pasar Cisarua. Namun setiap kali juga ada saja beberapa mobil pribadi yang bisa menerobos kemacetan karena dikawal oleh polisi lalu lintas bersepeda motor yang membuka jalan bagi mereka. Dengan membunyikan klakson khas polantas, mobil-mobil tersebut dikawal polisi bersepeda motor menyerobot kemacetan.

Pada Jumat, 26 November lalu, saya alami lagi hal tersebut sekitar pukul 1 siang di daerah pasar Cisarua. Ada mobil pribadi Pajero sport dengan nomor polisi B-2909-xx dikawal polisi bersepeda motor Yamaha dengan pelat 11964-30 menyerobot antrean.

Saya sedih atas perilaku polantas seperti itu. Dengan bayaran beberapa ratus ribu rupiah mereka sangat merendahkan martabat kepolisian. Bukan hanya itu, jelas perbuatan sang polantas tersebut merupakan tindakan korupsi karena menggunakan aset negara untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Negara dirugikan karena waktu sang polantas yang mestinya dipakai untuk menertibkan lalu lintas malah digunakan untuk keuntungan pribadi sang polantas dan mungkin juga sang komandannya. Tak mengherankan kalau lembaga kepolisian menjadi lembaga negara terkorup urutan keempat. Kepala Kepolisian RI Jenderal Listyo Sigit Prabowo perlu segera menertibkan perilaku polantas yang sangat memalukan sekaligus koruptif tersebut.

Para pemilik mobil yang menggunakan jasa polantas melakukan dua kekeliruan. Pertama, mereka telah melecehkan lembaga kepolisian dan membuat lembaga ini menjadi koruptif. Kedua, mereka juga telah menzalimi para pengendara mobil lain yang dengan tertib antre di tengah kemacetan. Lebih baik uang beberapa ratus ribu rupiah yang Anda berikan kepada polantas disumbangkan sebagai amal jariah untuk para yatim, orang lanjut usia, dan tunawisma yang jelas lebih membutuhkan. Memakai jasa polantas menurut saya hanya menambah dosa Anda. 

Dr Hadi Satyagraha
Jakarta Pusat


Keluhan Nasabah Bumiputera

SEJAK berdiri pada 1912, AJB Bumiputera terbukti tangguh dan mampu menghadapi berbagai krisis: 1930, krisis setelah Perang Dunia I; 1945, perubahan dari zaman kolonial ke kemerdekaan; 1965, krisis pergantian pemerintahan; serta 1998, karena krisis moneter ketika nilai rupiah merosot Rp 16.000 per dolar Amerika Serikat dan Bumiputera mampu membayar klaim dolar. 

Tiba-tiba pada 2016 Otoritas Jasa Keuangan masuk "menyehatkan" Bumiputera, tapi dalam dua tahun malah "menggerus" uang Bumiputera dari Rp 8 triliun menjadi tinggal Rp 3 triliun. Kini Bumiputera tidak mampu membayar klaim polis para nasabah. Maaf, menurut beberapa teman pemasar, ada nasabah "orang kuat" sudah dibayar klaimnya. 

Saya kasihan kepada teman-teman pemasar. Mereka amat kecewa terhadap AJB Bumiputera dan sedih karena terus dicecar para nasabah: "Mana uang saya?" Nasabah tidak mau tahu bahwa uang premi setiap bulan disetor ke kasir Bumiputera. Melalui surat ini, saya "menagih" tanggung jawab negara. 

Sugeng Hartono
Jakarta Selatan

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus