Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Presiden Joko Widodo secara resmi telah meluncurkan program Alat Mekanis Multiguna Pedesaan atau AMMDes, pada 2 Agustus 2018. AMMDes merupakan implementasi dari misi ketiga Presiden dan Wakil Presiden RI yaitu pembangunan yang merata dan berkeadilan. Juga agenda prioritas nasional ke-2 mengembangkan wilayah untuk mengurangi kesenjangan dan menjamin pemerataan serta peningkatan penggunaan produk dalam negeri.
Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan Kementerian Perindustrian, R. Hendro Martono, menjelaskan, AMMDes merupakan alat mekanis multiguna yang dapat berfungsi sebagai alat transportasi untuk daerah yang minim infrastruktur dan daerah dengan topografi ekstrim yang tidak dapat dilalui oleh kendaraan pada umumnya. “Sekaligus sebagai alat produksi yang dapat dikombinasikan dengan berbagai alat produksi dan alat bantu lainnya, seperti pengupas gabah, perontok multiguna, penyosoh beras, bengkel alsintan, tangki air, pompa irigasi, penjernih air, dan pengumpan ambulans,” kata Hendro.
Sehingga, Hendro melanjutkan, AMMDes berperan dalam meningkatkan produktivitas dan perekonomian serta kesehatan masyarakat pedesaan. “Sebagai karya anak bangsa, mulai dari desain, rekayasa dan rancang bangun dibuat oleh engineer Indonesia dan diproduksi oleh industri dalam negeri yang komponennya dipasok oleh 65 perusahan komponen dalam negeri yang sebagian besar merupakan Industri Kecil dan Menengah dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri sebesar 40,92 persen”.
Menurutnya, saat ini AMMDes telah dimanfaatkan bagi kegiatan usaha masyarakat bidang pertanian untuk kebutuhan pengangkutan pisang di Tanggamus-Lampung, dan untuk keutuhan penyosoh beras di Muntilan-Jawa Tengah, serta AMMDes penjernih air untuk kebutuhan air bersih dan air minum untuk penanganan bencana di Palu, Sigi dan Donggala, Sulawesi Tengah. “Di bidang kesehatan, AMMDes Pengumpan Ambulans telah dimanfaatkan sebanyak 8 unit untuk 2 daerah, yaitu Kabupaten lebak sebanyak 2 unit dan di Nusa Tenggara Timur sebanyak 6 unit, yaitu Kabupaten Timor Tengah Selatan, Kabupaten Ende dan Kabupaten Sumba Barat Daya, masing-masing 2 unit,” ujarnya.
Kemudian, untuk Pengumpan Ambulans pertama dilakukan di Kabupaten Lebak, sebagai alat transportasi rujukan kesehatan dalam membantu meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat dan membantu menurunkan angka kematian ibu dan bayi (AKI dan AKB). “Ini merupakan kerjasama Kementerian Perindustrian dengan Pemda Kabupaten Lebak, PT. Samudra Marine Indonesia, PT. Kreasi Mandiri Wintor Indonesia (KMWI) dan USAID Indonesia. AMMDes Pengumpan Ambulans dapat melayani sebanyak 108 orang dan membantu menurunkan AKB dari 7 kejadian menjadi 2 kejadian serta AKI dengan 0 kejadian,” kata Hendro.
“Cerita yang menarik dari pemanfaatan AMMDes di Lebak, lahirnya bayi dengan selamat di tengah perjalanan menggunakan AMMDes, yaitu putra kedua ibu Paini dinamakan Ahmad Deswanto (AMMDes) dan putri dari Ibu Sawiyah yang diberi nama Amanda Deswita (AMMDes),” ujar Hendro.
Karena itu, keberhasilan pemanfaatan AMMDes Pengumpan Ambulans di Kabupaten Lebak, direplikasi pemanfaatannya pada 3 Kabupaten di Nusa Tenggara Timur (Kabupaten Timur Tengah Selatan, Kabupaten Ende dan Kabupaten Sumba Barat Daya). Pemanfaatan AMMDes di NTT dilakukan sejak bulan November 2021, hal ini didasari atas permasalahan AKI/AKB yang masih tinggi di NTT yang salah satu penyebabnya yakni keterlambatan persalinan di fasilitas kesehatan karena faktor Pedesaan dan transportasi yang sulit.
“Dengan hadirnya AMMDes Pengumpan Ambulans diharapkan dapat membantu masyarakat pedesaan mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak dan tidak terlambat,” ujarnya.
Sampai saat ini AMMDes telah dimanfaatkan sebanyak 78 orang (Kab. Ende sebanyak 26 orang, Kab. Timur Tengah Selatan 15 orang dan Kab. Sumba Barat Daya 37 orang) dirujuk ke Puskesmas dan melakukan persalinan dengan selamat.
“Kami sangat mengapresiasi kepada pemda kabupaten yang telah mendukung kegiatan ini dengan mengalokasikan anggaran dana desa untuk biaya operasional AMMDes sehingga masyarakat desa tidak perlu mengeluarkan biaya lagi untuk transportasi menuju fasilitas kesehatan,” kata Hendro.
Sigit Sulistyo, Maternal Child Health (MCH) Team Lead USAID Indonesia.
Maternal Child Health (MCH) Team Lead USAID Indonesia, Sigit Sulistyo, menceritakan, pemanfaatan AMMDes pengumpan ambulans di NTT berawal dari masalah masih tingginya angka kematian ibu dan bayi di NTT. Salah satu penyebab tingginya angka kematian ibu dan bayi ini adalah kondisi geografis wilayah NTT yang sebagian besar berupa pegunungan dan sulit dijangkau terutama di wilayah pedesaan.
“Mobil ambulans biasa sering kali tidak bisa menjangkau masyarakat di wilayah pedesaan dan terpencil ini, sehingga menyebabkan ibu dan bayi yang mengalami masalah kesehatan terlambat atau tidak bisa dirujuk ke fasilitas kesehatan yang memadai untuk mendapatkan pertolongan segera,” ujar Sigit.
PT KMWI sebagai pembuat prototype pengumpan ambulans dan USAID mendukung untuk ujicoba penggunaan ambulans pengumpan ini di Kecamatan Bojongmanik Kabupaten Lebak. Dari hasil ujicoba, PT KMWI melakukan penyempurnaan pengumpan ambulans dan USAID mendukung untuk pembuatan panduan pelaksanaan.
“Pada tahun 2019, Kementerian Kesehatan memasukkan AMMDes pengumpan ambulans dalam Pedoman Teknis Ambulans sehingga bisa direplikasi di wilayah lain di Indonesia,” kata Sigit.
Sigit menegaskan, USAID akan melanjutkan mendampingi pelaksanaan AMMDes di tiga kabupaten di NTT (Sumba Barat Daya, TTS dan Ende) dan mendokumentasikan pembelajaran. “USAID berharap pemerintah Indonesia dan pihak swasta bisa mereplikasi ambulans pengumpan di provinsi dan kabupaten lain dengan kondisi geografis sulit di Indonesia untuk mendukung target pemerintah Indonesia untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi pada 2024”.
Donny Novanda, Direktur PT. Kreasi Mandiri Wintor Indonesia (KMWI).
Direktur PT. KMWI Donny Novanda, mengatakan, program AMMDes Kemenperin ini sangat baik. “Karena kita tahu bahwa sebenarnya masih banyak daerah di Indonesia yang secara infrastruktur masih minim, terutama untuk di daerah dengan posisi terluar di Indonesia,” ujarnya.
Karena itu, Kemenperin memiliki inisiatif membuat AMMDes pengumpan ambulans. “Posisinya KMWI sebagai pendorong, sehingga dengan adanya program ini akan banyak manfaat terutama untuk masyarakat pedesaan,” kata Donny.
Ia pun berharap, AMMDes ini dapat memberikan peningkatan kualitas dalam hidup yang secara tidak langsung akan meningkatkan produktivitas masyarakat. “Harapannya tentu seperti yang disampaikan Pak Presiden Joko Widodo bahwa membangun Indonesia itu mulai dari sisi terluar, dan harapannya menjadi salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas terutama untuk masyarakat pedesaan yang ada di Indonesia bagian luar,” kata dia.
Djafar H. Achmad, Bupati Ende (kedua dari kiri).
Bupati Ende Djafar H. Achmad, menjelaskan, masyarakat Kabupaten Ende sudah satu tahun menjalankan program AMMDes pengumpan ambulans ini. Masyarakat pun sangat antusias atas kehadiran pengumpan ambulas.
“Ini sudah berjalan setahun dan ini sangat-sangat berguna sekali bagi masyarakat Ende, karena topologi daerah kami berbukit, jarak dari desa ke puskesmas letaknya jauh serta sarana transportasi belum memadai. Dengan adanya AMMDes ini kami sangat tertolong,” kata Djafar.
Menurutnya, ada keunggulan dari AMMDes pengumpan ambulans AMMDes ini, yakni bisa melewati jalan-jalan ekstrim bergelombang bebatuan, dimana mobil biasa termasuk ambulans tidak dapat melewatinya. “Jadi beda dengan ambulans lain, jadi ketika jalanan tidak mulus, itu tidak membahayakan pasien yang akan melahirkan. Karena itu kami mengharapkan adanya penambahan unit AMMDes ini karena desa di sini cukup banyak dan lokasinya berjauhan,” ujarnya.
Meski dalam kondisi sulit, seorang warga Desa Hangalande di Pulau Flores, Evilia Mburhu, selalu mendampingi ibu-ibu hamil di desa mereka untuk mendapatkan perawatan kesehatan selama kehamilan hingga melahirkan bayi mereka dengan selamat di fasilitas kesehatan dengan menggunakan AMMDes. Evilia menjelaskan cara kerjanya, yakni mengoordinasikan penjemputan, dan memastikan para ibu menyiapkan dokumen dan perlengkapan pasien saat tiba waktunya untuk melakukan perjalanan ke fasilitas kesehatan.
Adapun, Riska Farsiti yang pernah menggunakan AMMDES saat melahirkan anak pertamanya, Maria Laura, di bulan Juli 2022, sangat tertolong dengan pengumpan ambulas ini. “Ambulannya tidak sempit, dan tidak mogok meski jalannya sangat buruk. Apalagi kita tidak perlu membayar sewa ambulan,” kata Riska.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini