Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo

Rangkaian Europalia 2017: Ngobrol Tentang Budaya Maritim Indonesia

Tempo bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyelenggarakan acara Ngobrol bertema "Kingdom of Sea Archipel".

23 November 2017 | 15.37 WIB

Menduniakan Kebudayaan Indonesia di Europalia 2017
Perbesar
Menduniakan Kebudayaan Indonesia di Europalia 2017

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

INFO NASIONAL - Tahun ini Indonesia menjadi tamu kehormatan pada Festival Budaya dan Seni Internasional Europalia yang digagas oleh Kerajaan Belgia. Europalia dikenal sebagai festival pameran seni dan budaya terbesar di Eropa dan diselenggarakan di beberapa negara seperti Belanda, Perancis, Jerman dan sebagainya serta Belgia sebagai tuan rumah. Europalia 2017 dimulai Oktober 2017 hingga Februari 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Untuk menyambut festival tersebut, Tempo bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyelenggarakan acara Ngobrol lebih jauh dalam mengenal budaya maritim Indonesia sesuai dengan tema “Kingdom of Sea Archipel”. Dalam acara tersebut hadir Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid, Peneliti Arkeologi Nasional Bambang Budi Utomo, Guru Besar Universitas Diponegoro sekaligus Peneliti Sejarah Maritim Singgih Tri Sulistyanto, serta Dini Sastroatmojo dari Asosiasi Pemuda Maritim Indonesia. “Kapal Pandewakang yang kami bawa dari Sulawesi akhirnya bisa dipamerkan di Museum La Boverie di kota Leige Belgia. Dalam dua minggu, pembuat kapal dari Bulukumba berhasil memasang kapal tersebut dari kondisi terurai. Yang menarik, kapal Pandewakang menjadi perhatian warga Belgia karena memadukan tradisi di tengah perkembangan teknologi,” kata Hilmar Farid.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Sejarah tentang maritim Indonesia bisa dilihat mulai dari diaspora manusia Austronesia dari Formosa menyebar ke Madagaskar hingga Selandia Baru, termasuk Indonesia,” kata Bambang Budi Utomo. Bukti pertama yang menunjukkan kejayaan maritim Indonesia adalah seperti yang tertera di Prasasti Kedukan Bukit yang menjelaskan mengenai kejayaan Sriwijaya dengan armada lautannya. “Dinasti Syailendra, Singasari, Majapahit, Bali, hingga Bugis menunjukkan bagaimana maritim menjadi bagian tak terpisahkan dari masyarakat Indonesia,” tambah Tommy, sapaan akrab Bambang Budi Utomo. “Bahkan, di prasasti Candi Borobudur ada 11 relief yang menunjukkan gambar kapal dari mulai yang kecil untuk menyeberang sungai hingga yang besar untuk melintasi samudera,” tambahnya. Jenis kapalnya pun berkembang dan inovatif mengikuti pengetahuan yang mereka dapatkan saat itu.

“Kapal Pandewakang kami bawa ke Belgia untuk menunjukkan bahwa tradisi dari zaman lampau masih dilestarikan hingga kini,” kata Singgih Tri Sulistyanto. Dalam berbagai literatur, kapal Pandewakang adalah prototipe dari kapal Austronesia dan kerap lalu lalang di samudera mulai dari zaman penjajahan hingga saat ini. Meskipun kini banyak yang membuat kapal pinisi –yang menggabungkan ilmu membuat kapal Pandewakang dengan Galion dari Eropa-, kapal Pandewakang tetap dianggap sebagai yang paling asli dari Sulawesi. Pada saat diskusi yang dipandu Bagja Hidayat, Redaktur Pelaksana Majalah Tempo, juga menghadirkan pembuat kapal Pandewakang H. Jafar di Bulukumba serta laporan langsung dari Museum La Boverie melalui video conference.

Sementara dari sisi kekinian, menurut Dini Sastroatmojo pihaknya melihat kita saat ini belum terlalu peduli pada budaya maritim, padahal itu dapat mensejahterakan masyarakat terutama masyarakat pesisir. “Kami banyak berkunjung ke kawasan pantai dengan nelayan-nelayan yang masih kurang sejahtera. Hanya satu yang berbeda yakni di Juwana Pati, mereka bisa menjadi nelayan yang sangat sejahtera karena ada budaya gotong royong bagi mereka seperti memiliki saham untuk kepemilikan kapal,” kata Dini. Karena itu, perlu upaya lebih sungguh-sungguh dan pemahaman yang baik seperti dengan pameran ataupun dengan membuat buku cerita anak-anak bertema maritim yang menunjukkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa bahari yang diperhitungkan dunia.

Seperti disinggung oleh Hilmar Farid, bagaimana pembuat kapal dari Bulukumba yang berkaca-kaca mendapat penghargaan yang sangat tinggi dari masyarakat Eropa bagaimana mereka membuat kapal dengan cara tradisional namun mampu menampilkan kekayaan budaya Indonesia di sektor maritim. “Hanya butuh waktu dua minggu menyusun rangkaian kayu terurai menjadi kapal Pandewakang sehingga menjadi ikon dalam Europalia 2017 ini,” kata Hilmar.

Kejayaan Indonesia di bidang maritim menemukan makna besarnya di Europalia 2017. (*)

 

 

 

 

 

Abdul Jalal

Abdul Jalal

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus