Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
INFO JABAR-- Jembatan Cipamingkis yang berada di ruas jalan provinsi, tepatnya di Cileungsi-Cibebet, kilometer Jakarta 70+800, yang anjlok pada April 2017 telah selesai diperbaiki. Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan meresmikan penggunaan kembali jembatan yang perbaikannya menelan anggaran hingga Rp11 miliar itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Biaya perbaikan jembatan ini mahal sekali. Jadi saya ingin jalan jembatan yang mahal ini kita rawat bersama," kata Aher, sapaan akrab gubernur, kepada ratusan warga yang hadir dalam acara peresmian jembatan tersebut di Kabupaten Bogor, Rabu, 27 Desember 2017. Adapun anggaran Rp 11 miliar itu rinciannya sekitar Rp 4 miliar dari pemerintah pusat dan Rp 7 miliar dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Menurut Aher, anggaran dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat sejatinya akan digunakan untuk menormalisasi badan sungai. Namun anggaran ini juga tak cukup memperbaiki jembatan secara keseluruhan. Akhirnya, Pemerintah Provinsi Jawa Barat berkoordinasi dengan pemerintah pusat untuk bekerja sama mendanai perbaikan jembatan tersebut.
Perbaikan jembatan ini merupakan perbaikan tahap pertama dari tiga tahap yang akan dilakukan. Tahap kedua akan dilakukan penguatan tiang salah satu ujung jembatan dan tahap ketiga akan dilakukan normalisasi atau perbaikan aliran sungai di bawahnya tahun depan.
Ahmad meminta kesadaran semua pihak umerawat jembatan tersebut. Kendaraan besar bertonase diimbau tidak melintasi jembatan sepanjang 60 meter tersebut. “Pembatasan ada, tapi kalau pembatasan tidak ditaati para pemilik kendaraan besar, kan percuma. Jadi harus ada kesadaran dari semua pihak menjaga jembatan ini,” tuturnya.
Jembatan Cipamingkis dibangun pada 1986. Jembatan berjenis Gelagar Beton Pratekan Type-I ini awalnya memiliki dua buah pilar dengan jenis pondasi tiang bor (bore pile). Pada 13 April 2017, terjadi penurunan pilar-2 yang disebabkan banjir bandang Sungai Cipamingkis dan mengakibatkan terjadinya penurunan lantai jembatan pada bentang kedua dan ketiga kurang-lebih 4,15 meter.
“Untuk jembatan ini, saya minta agar tidak ada tiang di tengah jembatan. Hindari tiang jembatan di tengah sungai. Sebab, kalau sudah diterjang air bah, bisa rusak tiangnya,” ucapnya .
Hasil penyelidikan geologi yang dilakukan BBWS Citarum, batuan sedimen di daerah ini berupa batuan karbonat. Meski cukup keras, sangat mudah bereaksi dengan air dan udara sehingga dapat terjadi pelarutan atau pelapukan dengan cepat.
Pada awal 2013, sebenarnya mulai terjadi keruntuhan pada cekdam yang terletak di hilir jembatan. Setelah terjadi keruntuhan cekdam, degradasi permukaan sungai berlangsung cepat serta berpengaruh langsung pada pondasi pilar jembatan.
Seringnya terjadi banjir bandang menandakan adanya kerusakan di wilayah hulu sungai. Pada 2016, penurunan muka dasar sungai di sekitar jembatan telah mencapai lebih dari 4 meter. (*)