Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Arloji Patek Philippe Langka Milik Kaisar Terakhir Cina Terjual Rp92 Miliar

Sebuah arloji yang pernah dimiliki oleh kaisar terakhir Cina, Aisin-Gioro Puyi, terjual seharga US$6,2 juta atau Rp92 miliar dalam sebuah lelang

24 Mei 2023 | 16.30 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah arloji yang pernah dimiliki oleh kaisar terakhir Cina, Aisin-Gioro Puyi, terjual seharga US$6,2 juta atau Rp92 miliar dalam sebuah lelang di Hong Kong.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seperti dilansir Reuters Rabu 24 Mei 2023, jam tangan bersejarah itu berhasil terjual dengan harga fantastis karena sangat langka. Arloji Patek Philippe Reference 96 Quantieme hanya diproduksi delapan buah, dan salah satunya dimiliki oleh Puyi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jam berusia 86 tahun itu juga memiliki sejarah luar biasa, karena dengan setia menemani perjalanan sang kaisar saat dibuang selama lima tahun di Siberia era Uni Soviet.

Arloji platinum berdiameter 1,2 inci menampilkan dial angka Arab, jarum jam emas merah muda, dan fungsi "fase bulan" yang menunjukkan seberapa terlihat bulan dari Bumi pada waktu tertentu. Beberapa mekanisme internalnya berasal dari tahun 1929, meskipun model tersebut tidak dijual oleh Patek Philippe — pembuat jam tangan Swiss yang dikenal memasang mesin jam rumit ke dalam casing ramping — hingga tahun 1937.

Tidak diketahui bagaimana Puyi memperoleh arloji tersebut, meskipun catatan menunjukkan bahwa jam tersebut awalnya dijual melalui toko mewah di Paris. Phillips menambahkan bahwa dokumen sejarah membuktikan bahwa mantan kaisar itu membawanya ke kamp penjara Soviet di Khabarovsk.

Puyi kemudian menghadiahkannya kepada Georgy Permyakov, seorang penutur bahasa Mandarin fasih yang menjadi tutor dan penerjemah bahasa Rusia selama dia ditahan.

Sang kaisar, yang hidupnya membentuk dasar dari film pemenang Oscar tahun 1987 "The Last Emperor," naik tahta saat balita pada 1908. Dia dipaksa turun tahta kurang dari empat tahun kemudian ketika pemberontakan republik menggulingkan dinasti Qing.

Dia diizinkan untuk terus tinggal di istana kekaisaran di Beijing, dan diangkat kembali sebentar sebagai kaisar pada 1917.

Pada 1924, ia melarikan diri dari Beijing dan membentuk aliansi dengan Jepang, yang kemudian mengangkatnya sebagai kaisar negara bonekanya, Manchukuo, di wilayah Manchuria, Cina timur laut.

Setelah kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II, Puyi ditangkap oleh pasukan Soviet dan ditahan sebagai tawanan perang. Menurut Phillips, dia memberikan arloji itu kepada Permyakov pada 1950, tepat sebelum mantan kaisar itu kembali ke China untuk diadili atas kejahatan perang.

Menurut siaran pers, Phillips menghabiskan tiga tahun untuk meneliti sejarah objek dan mengonfirmasi asalnya - sebuah proses yang dijelaskan oleh Thomas Perazzi, kepala jam tangan rumah lelang untuk Asia. "Ini proyek penelitian yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan tim jam tangan di seluruh dunia termasuk spesialis jam tangan, sejarawan, jurnalis, dan ilmuwan.”

Dalam daftar katalognya, Phillips mengutip keponakan Puyi, Yuyan (yang dipenjara di sampingnya) mengingat dalam memoarnya bahwa pamannya memakai arloji itu "sehari-hari" saat berada di Manchukuo. Katalog itu juga mengatakan bahwa Puyi sebelumnya telah menghadiahkan arloji itu kepada keponakannya, tetapi kemudian memintanya kembali untuk diberikan kepada Permyakov.

Arloji Patek Philippe Ref 96 Quantieme Lune yang pernah dimiliki oleh Aisin-Gioro Puyi, kaisar terakhir dinasti Qing China, dipajang di Hong Kong, 23 Mei 2023. Jam tangan Patek Philippe yang pernah dimiliki oleh kaisar terakhir China terjual lebih dari $5 juta. REUTERS/Tyrone Siu

Hampir satu dekade setelah kembali ke China, Puyi diampuni dan hidup sebagai warga sipil di Beijing sampai kematiannya pada 1967.

Permyakov, sementara itu, menjaga arloji sampai dia meninggal pada 2005, setelah itu diserahkan kepada ahli warisnya sebelum diserahkan ke Phillips oleh pemiliknya saat ini pada 2019. Arloji tersebut telah ditampilkan di New York, Singapura, London, Taipei, dan Jenewa sebelum dikembalikan ke Hong Kong, di mana jam tersebut dijual di kantor pusat baru Phillips di Asia pada 23 Mei.

Arloji itu ditawarkan bersama beberapa barang bekas Puyi lainnya. Di antaranya adalah 15 cat air, yang dikaitkan dengan saudara ipar Puyi, Gobulo Runqi, dan kipas kertas merah juga diberikan kepada Permyakov, yang menampilkan puisi yang ditulis oleh mantan kaisar.

Salah satu buku catatan manuskrip Puyi, yang menurut Phillips "memberikan pandangan sekilas ke dalam pikirannya," juga dijual bersama salinan "The Analects" karya Konfusius, dengan kedua item tersebut terjual lebih dari US$121.500.

Penjualan akan diikuti oleh lelang jam tangan selama dua hari di Phillips yang menampilkan sekitar 240 jam tangan. Di antara barang-barang penting yang ditampilkan secara historis adalah Omega Speedmaster Apollo XI 1969 edisi terbatas yang pernah dipersembahkan kepada astronot NASA Charles "Pete" Conrad Jr., orang ketiga yang pernah berjalan di bulan.

REUTERS | CNN

 

 

 

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus