Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Hamas menyatakan ingin membebaskan dua sandera lagi karena alasan kemanusiaan, namun rencana ini ditolak oleh Israel. Abu Ubaida, juru bicara Brigade Izz el-Deen al-Qassam, mengatakan dalam sebuah pernyataan singkat bahwa mereka memberi tahu mediator pada Jumat tentang niat Hamas untuk membebaskan kedua orang tersebut. Pada hari yang sama, mereka membebaskan warga Amerika Judith Tai Ranaan dan putrinya Natalie.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Abu Ubaida mengatakan Hamas siap membebaskan kedua orang tersebut pada hari Minggu menggunakan prosedur yang sama seperti yang dilakukan dalam pembebasan Judith dan Natalie.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun Israel menggambarkan klaim tersebut sebagai propaganda. “Kami tidak akan merujuk pada propaganda palsu Hamas,” menurut kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam pernyataan singkatnya. “Kami akan terus bertindak dengan segala cara untuk mengembalikan semua orang yang diculik dan hilang ke rumah.”
Hamas menangkap sekitar 210 orang dalam serangan mematikannya di Israel selatan pada 7 Oktober 2023, termasuk dua wanita asal Amerika Serikat.
Pembebasan sandera itu dimediasi oleh Qatar. Hamas sebelumnya menggambarkan tawanan dengan kewarganegaraan “asing” sebagai “tamu” yang akan dibebaskan jika keadaan memungkinkan.
Para pejabat Amerika dan Inggris mengatakan mereka telah bekerja sama dengan Qatar untuk menjamin pembebasan sandera, termasuk warga negara mereka sendiri, yang ditahan di Gaza. Negara lain yang warganya ditawan antara lain Thailand, Argentina, Jerman, Prancis, dan Portugal.
REUTERS
Pilihan Editor: Pemilihan Presiden Argentina: Kisah Dinasti Politik yang Makin Meredup