Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Jumlah Wanita Jomblo di Tunisia Tertinggi di Afrika Utara

Sekelompok wanita Tunisia menuntut poligami diberlakukan di negara itu sebagai solusi tingginya jumlah wanita jomblo, tertinggi di Afrika Utara.

31 Januari 2019 | 07.01 WIB

Wanita Tunisia berunjuk rasa menuntut kesetaraan hak. [REUTERS]
Perbesar
Wanita Tunisia berunjuk rasa menuntut kesetaraan hak. [REUTERS]

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Sekelompok wanita Tunisia menuntut poligami diberlakukan di negara itu sebagai solusi bagi tingginya jumlah wanita yang belum menikah atau dijuluki wanita jomblo, urutan teratas di Afrika Utara dan nomor 4 di negara-negara Arab. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Dengan menggunakan media sosial, para wanita ini diajak untuk menggelar protes di depan parlemen untuk menuntut poligami diberlakukan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

 

 

Menurut laporan Middle East Monitor, 26 Januari 2019, poligami adalah tabu di Tunisia dan Pasal 18 Personal Status Code menerapkan sanksi kepada pelaku poligami.

Presiden Forum Kebebasan dan Kewarganegaraan, Fathi Al-Zghal mengumumkan tentang protes kaum wanita yang ingin poligami diberlakukan kepada media.

Menurutnya, aksi protes kaum perempuan itu bersifat sponta dan berangkat dari advokasi untuk menyelesaikan masalah tentang perawan tua di Tunisia.

 

 

Al-Zghal juga mendukung agar dikaji ulang semua pasal di dalam Personal Statuts Code sebagai seperangkat aturan mengenai hak dan kemerdekaan perempuan Tunisia, tidak hanya poligami.

Selain itu, pengkajian kembali juga didesak untuk prosedur cerai yang tidak adil dan menghapus prinsip-prinsip adopasi karena hal itu berseberangan dengan hukum Sharia.

Dia menjamin bahwa aksi protes kaum perempuan itu tidak terkait dengan partai politik atau asosiasi tertentu.

Peneliti Peradaban Islam, Sami Braham menuliskan bahwa pemberlakuan poligami akan memberi dua konseweksi.

"Wanita tidak menikah yang merindukan kesempatan untuk menikah percaya bahwa membuka pintu poligami akan membuat mereka dapat menikah," kata Braham.

 

 

Namun dia memperkirakan berdasarkan jender laki-laki seperti dirinya, hal sebaliknya yang akan terjadi karena diperburuk oleh para pria yang merindukan perempuan yang usianya lebih muda. "Kecuali mereka menerima pernikahannya sebagai tindakan amal dan kebaikan," ujar Braham.

Meski Al-Zghal menepis protes para wanita pendukung poligami sebagai tindakan spontan, namun sejumlah aktivis menyebut aksi protes ini didalangi partai politik yang menarget gerakan Islam Ennahda dan merusak citranya menjelang pemilu. Mereka menyebutnya sebagai ide setan yang tidak akan dapat memecah belah rakyat Tunisia yang cerdas.

Berdasarkan data National Office for Family and Population Tunisia, jumlah wanita jomblo meningkat lebih dari 2,25 juta dari total 4, 9 perempuan di negara itu. Usia tertua wanita lajang berada di antara 25-35 tahun.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus