Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Presiden Tunisia yang digulingkan selama Arab Spring, Zine el Ebidine Ben Ali, wafat selama pengasingan di Arab Saudi pada Kamis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut laporan Reuters, 20 September 2019, pemakaman Ben Ali akan digelar di Arab Saudi pada Jumat, kata pengacara keluarga Mounir Ben Salha.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Zine el Abidine Ben Ali, mantan presiden otokratis Tunisia yang kehidupannya yang mewah dan pemerintahan yang menindas menginspirasi pemberontakan Arab Spring pertama 2011, wafat pada usia 83.
Ben Ali melarikan diri dari Tunisia pada Januari 2011 ketika rekan-rekan senegaranya marah setelah seorang tukang sayur membakar dirinya. Massa bangkit melawan pemerintahannya yang menindas dalam sebuah revolusi yang menginspirasi pemberontakan lainnya di Timur Tengah dan menyebabkan transisi demokratis di dalam negeri.
Kantor berita negara Tunisia melaporkan kematiannya. Dia telah dirawat karena kanker prostat dan dirawat di rumah sakit minggu lalu.
Kematiannya terjadi empat hari setelah rakyat Tunisia memberikan suara dalam pemilihan presiden bebas kedua mereka sejak penggulingannya, semakin memperkuat status negara mereka sebagai demokrasi langsung paling murni di dunia Arab.
Ben Ali adalah yang pertama dari otokrat yang digulingkan dalam revolusi di Timur Tengah hampir sembilan tahun yang lalu. Menurut New York Times, dia melarikan diri dari Tunisia bersama keluarganya pada Januari 2011 ke Arab Saudi, di mana monarki yang berkuasa mengizinkannya hidup dengan tenang, menolak permintaan Tunisia untuk ekstradisi Ben Ali agar bisa diadili di dalam negeri.