Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Calon presiden AS sekaligus Wakil Presiden Kamala Harris mengatakan Iran adalah musuh terbesar Amerika Serikat. Ia mengutip serangan rudal balistik Teheran baru-baru ini terhadap Israel.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam wawancara dengan jaringan televisi CBS yang ditayangkan pada Senin malam, kandidat presiden dari Partai Demokrat tersebut mengatakan dengan jelas bahwa Iran adalah musuh terbesar AS. “Iran berlumuran darah Amerika di tangan mereka. Serangan terhadap Israel ini, 200 rudal balistik,” katanya. “Yang perlu kita lakukan adalah memastikan bahwa Iran tidak akan pernah menjadi negara berkekuatan nuklir. Itu adalah salah satu prioritas tertinggi saya.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Iran menembakkan serangkaian rudal ke pangkalan-pangkalan Israel minggu lalu. Menurut Iran, serangan itu adalah sebagai balasan atas pembunuhan kepala Hamas Ismail Haniyeh di Teheran serta pembunuhan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah bersama seorang jenderal Iran di Beirut.
Dalam beberapa tahun terakhir, pejabat AS telah memprioritaskan persaingan dengan Cina sebagai kebijakan luar negeri Washington. Pada 2022, Pentagon melabeli Cina menghambat AS dan meninbulkan risiko jangka panjang. AS juga awalnya berfokus pada perang Rusia Ukraina dengan memberikan dukungan militer dan keuangan untuk Kyiv.
Namun, kekerasan di Timur Tengah telah mengalihkan perhatian pemerintah AS lagi. Iran telah disebut sebagai musuh utama dan AS beraliansi dengan Israel.
Harris ditanya apakah dia akan menggunakan kekuatan militer untuk mencegah Iran memperoleh senjata nuklir, dia berkata tidak akan membahas hal-hal hipotetis.
Iran membantah tengah berupaya mendapatkan senjata nuklir. Negara itu itu telah memajukan program nuklirnya.
Pada 2018, mantan Presiden AS Donald Trump, membatalkan kesepakatan multilateral yang memungkinkan Iran mengurangi program nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi terhadapnya. Presiden AS Joe Biden berjanji menghidupkan kembali pakta tersebut. Namun setelah beberapa putaran pembicaraan tidak langsung dengan pejabat Iran, perjanjian gagal dihidupkan kembali.
Kamala Harris juga mengecam peluncuran rudal Iran. "Iran adalah kekuatan yang tidak stabil dan berbahaya di Timur Tengah, dan serangan hari ini terhadap Israel hanya semakin menunjukkan fakta itu," katanya pada 1 Oktober lalu. Dia telah berulang kali berjanji untuk terus mempersenjatai Israel.
AL JAZEERA
Pilihan editor: Netanyahu Klaim Bunuh Dua Calon Pemimpin Hizbullah Pengganti Nasrallah